“Peergiii, jangan ke sini nanti ada bahaya yang muncul di sini!”, Saritem tiba-tiba berteriak keras. Mengusirku dari rumah
Tak lama kemudian Bapaknya muncul. Diikuti oleh ratusan warga dengan wajah garang ingin menghabisiku. Api kemarahan berkobar di mata mereka.
“ Habisin saja dia mbah!”
“Iya habisin. Akibat ulahnya desa kita kena bencana,” serempak suara mereka mengema di udara. Terasa panasnya suasana hari ini.
“Bakar-bakar dia hidup-hidup”
“Jangan dia cuma wanita lemah, aku tanyakan dulu sama penunggu desa” Mbah Mijan mengambil alih suasana meskipun terasa panas membakar.
Mbah Mijan mulutnya komat- kamit membaca mantra. Entah apa itu. Badanku terasa sakit. Panas merambati tubuhku. Tubuhku sulit bergerak. Akukan kalah. Kata ibuku bacakan ayat kursi maka Alloh SWT akan melindungi. Segera saja kubaca ayat kursi dalam hati. Keringat deras mengucur di badanku. Aku takut setengah mati. Mungkin ini hari terakhirku di dunia.
DUAR...DUAR...
Terdengar suara ledakan hebat. Kulihat nyala api memancar. Sesaat kemudian penglihatanku buram badanku tak sanggup lagi menopang tubuhku. Aku jatuh pingsan.
KEBAKARAN...KEBAKARAN! sayup-sayup ramai terdengar teriakan orang silih berganti.
“ Maya kamu tak apa-apa” sebuah suara membangunkanku.