Mohon tunggu...
Cahyani Yusep
Cahyani Yusep Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ani

Sederhana dan suka mempelajari hal hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerita tentang Hujan] Hujan, Aku Merindunya

11 Februari 2020   11:56 Diperbarui: 11 Februari 2020   13:29 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak menyukai kesejukan dari hawa hujan. Bau basah yang menyengat saat terjadi hujan menghempaskanku ke kenangan dimana aku menunggunya saat itu. 

Aku menunggunya di sebuah halte bus dekat sekolahku. Ya, walaupun dia bukan siapa siapa, dalam diam aku menyukainya. Aku tau dia suka lewat halte bus ini. Makanya aku menunggunya disini. 

Aku melihatnya dari kejauhan. Dia berlari menyebrangi jalan, dan tepat berhenti di depanku saat itu. Aku tertegun memandangnya. Salah tingkah aku dibuatnya. Aku menjadi gugup,,  tak bisa berkata apapun. Hanya berdiri kaku dihadapannya. 

Senyumnya yang khas membuat aku merasa semakin meleleh. Badannya yang tinggi dan kulitnya yang putih seperti artis korea. 

"Ehh.. Nis, kamu ngapain disini? " Tanyanya heran. 

Aku masih memandanginya saja, mataku tak berkedip melihat kearahnya. Hingga tangannya dilambai-lambaikan didepan mataku dan mengulangi pertanyaannya kepadaku. 

Aku terkaget dan tersadar bahwa apku sedang berandai-andai. 

Dengan gugup aku menjawabnya " Eh Andri,  hehe... Lagi nungguin angkot nih" Jawabku. Aku anak perempuan sederhana yang bersekolah di sekolah elit karena prestasi ku. Jika dibandingkan Andri, aku bukan apa-apanya. Sedangkan Dia anak seorang kepala Rumah Sakit terkenal di kotaku. Semakin minder saja aku ini. 

Saat itu aku bergegas menyetop angkot jurusan rumahku dan aku pamit pulang terburu-buru Andri hanya menatapku heran sambil memandangimu pergi menggunakan angkot tersebut.  Hujan gerimis menjadi momen romantis saat itu. Aku memandangnya yang semakin menjauh, begitupun dia. 

***

Esoknya di kelas, seperti biasa anak-anak kelas yang selalu ribut kalau ada PR yang belum mereka kerjakan. Mereka selalu datang lebih pagi karena memang mereka belum mengerjakan tugas dan saling contek ke teman yang sudah menyelesaikannya. 

"Nis, nyontek donk! " Ada suara dari belakang yang aku kenal. Namun tiba tiba jantungku berdebar.  Perlahan aku menoleh nya, ternyata Andri. Dia belum mengerjakan tugasnya. Ya ampun dalam hatiku. 

Aku bergegas mengeluarkan buku catatan ku dan memberikannya pada Andro, namun buku itu diambil Fitri. Si ketua genk kecantikan yang suka banget bully orang. Aku hanya bisa diam saja saat itu. Andri pun tak berkata apa-apa, dia hanya bilang "ups, nanti aku yang ambil bukumu". 

Aku duduk-duduk saja sambil memperhatikannya mencatat jawaban tugas entah dari bukuku atau buku teman-teman yang lain. Aku rasa dia sangat tampan dalam  keadaan serius. Pikiranku jadi melayang, bagaimana jika aku ada di hadapannya, dan dia menyatakan cintanya dengan serius padaku. " Ohh ya ampunnnn..... " Ternyata suaraku terdengar teman-teman yang lain. Mereka semua menoleh ke arahku. 

Tentu saja wajahku berubah menjadi merah. Aku hanya bisa nyengir sampai semua terkondisikan kembali. 

Tiba-tiba dia berjalan ke arahku, dan memberikan buku tugasku. 

"Makasih ya, tadi aku nyontek dari bukumu." Kata dia tersenyum. 

"Ahhh... Senyumannya." Dalam hatiku. 

Dia kembali ke tempat duduknya da kami semua belajar karna bel sudah berbunyi.. 

***

Seperti kemarin, aku menunggu angkot ku di dekat halte bus. Lagi-lagi aku melihatnya., namun kali ini dia berdua dengan Fitri. Mereka berjalan bersama, dan tertawa bersama sama. Hatiku saat itu sakit. Seperti tersayat namun tak berdarah. Ingin aku menangis sekuatnya namun malu dilihat banyak orang. Aku hanya bisa murung dan cemberut. 

Mereka lewat didepanku. Fitri dengan wajah judes nya berjalan dengan sombongnya sambil melirik sinis padaku. Andri tersenyum namun dia tak menyapaku. 

Mungkin mereka pacaran. Hari itu hujan tak turun, malah terasa sangat terik dan panas. Aku pergi pulang dengan hati sedih. Mulai saat itu aku tidak menaruh perasaan apapun lagi pada Andri. Aku akan belajar sungguh-sungguh agar aku bisa lulus ujian, dan masuk Universitas favorit. 

***

2 minggu setelah itu, aku lebih terlihat serius. Wajahku tak ramah seperti biasanya. Aku siap ujian. Aku akan melupakan semua urusan yang tak penting dan fokus pada semua yang ada untuk masa depan. 

Hujan deras seolah merestui apa yang menjadi niatku saat itu. Andri beberapa kali kulihat, mencari-cari pandang kepadaku dari arah tempat duduknya. Tapi aku tidak mempedulikan apapun lagi. Lulus dan Lolos adalah mimpiku sekarang. "Aku bisa" Dalam hatiku. 

***

Sebulan sudah ujian demi ujian aku lewati. Aku Lulus dan Lolos diterima Universitas favorit di kotaku. 

Bahagianya hari itu menerima kabar baik yang sangat menggemparkan keluargaku. AyahIbu, dan adikku turut bahagia dengan semua hasil belajar ku. Mereka bangga dengan kerja keras ku. 

Tak lama kemudian,  ada seorang pria mengetuk pintu rumahku. Aku lihat dia adalah Andri. Dia membawa sebuah koper yang dia seret. Aku membuka pintu dan bertanya mengapa dia datang. 

Dia berpamitan kepadaku. Katanya, dia akan mengambil pendidikan sperti ayahnya. Dia akan menjadi seorang dokter. 

"Nis, aku tau kamu diam-diam suka sama aku kan? " Dia bertanya dengan PD-nya. 

"Ke PD-an deh kamu Dri. Aku gak suka kok sama kamu. " Aku tau aku bohong. Tapi aku tak bisa mengutarakan perasaanku yang sebenarnya. 

"Gak apa Nis, kalau jodoh gak akan kemana. " Dia menjawab dan seseorang membalikan badannya. 

"Salam untuk Ibu dan Ayah ya. Bilang sama mereka aku akan tepati janjiku 5tahun lagi. " Jawabnya. 

Aku terkaget, dia kenal Ayah dan IBu? 

Janji apa yang dia maksud. 5tahun lagi ada perjanjiann yang tidak aku ketahui. Aku terus bertanya-tanya hingga akhirnya aku memilih untuk diam saja, tak menanyakan apapun  pada ayah. 

***

Hujan  ini membawaku pada kenangan kenangan itu. Kini sudah 6 tahun. Aku tak pernah melihatnya lagi. Namun setiap kali hujan, aku mengingatnya. Aku merindukannya. Dalam diam, aku ingin bertemu dengannya. 

Kisah cintaku tak seindah kemujuran karirku. Karirku sangat pesat. Aku seorang Manager di sebuah perusahaan. Besok aku akan pulang untuk mengambil cuti. 

Setelah 6bulan aku tak pulang menengok ayah ibuku. Aku merindukan mereka. Sangat merindukan mereka. Secepat ini aku tumbuh. Aku bahkan masih ingat terakhir Ibuku berkata aku adalah putri kecilnya. 

Sekarang aku sudah dewasa. "Ibu, aku pulang" Bisikku dalam hati. 

Ku injakan kaki di tanah tempat aku lahir dan tumbuh itu. Senyum Ibu yang khas menyambutmu keluar rumah. Aku sangat bahagia melihat ayah dan Ibu sehat. 

Selama 6bulan ini aku sangat sibuk dan tidak menengok mereka.  Ayah dan Ibu selalu berbicara bahwa mereka selalu dirawat dokter baik yang mengawasi mereka dalam menyantap makan makanan sehat. 

Mereka bilang, dokter itu biasanya akan mengunjungi mereka,  sore hari dan akan membawakan buah-buahan dan sayuran yang masih sangat segar. 

Ini adalah kesempatan ku untuk berterimakasih, atas kebaikannya telah memperhatikan orang tuaku. 

Aku pun melepas rindu bersama Ayah, Ibu, dan adikku itu. Kami makan bersama dengan menyantap makanan tradisional buatan Ibu. 

Sorenya... 

Ada seseorang mengetuk pintu, saat ku buka, betapa syoknya aku. Ternyata dokter yang selalu dibicarakan Ayah Ibu adalah Andri. Teman SMA ku yang dulu, aku pun sempat menyukainya.

 "Andri kamu..... " Aku gugup. 

Belum selesai aku bertanya, dia sudah berkata kata. 

"Jadi Nis,  janjiku itu adalah ini. " Jawabnya tanpa basa basi. 

Dia menyodorkan  sebuah cincin dihadapanku, dan kedua orang tuaku. Dia ingin menjadikan aku istrinya. Ayah Ibu hanya tersenyum senyum saja melihatnya. 

"Ayah sih terserah kamu Nis. Klo kamu suka, ya Ayah Terima. Dan kita langsungkan secepat mungkin saja. Biar gak dosa. " Begitu sahut Ayah. Dan di barengi anggukan ibuku. 

"Jadi, selama ini aku juga suka kamu Nis. Aku cuma gak bisa mengutarakan apa-apa, karna ayahku juga memberikanku syarat untuk  bisa jadi laki-laki mandiri. Sekarang aku sudah mandiri, aku boleh memilih siapa saja calon istriku. " Andri menjelaskan. 

"Kenapa gak sama Fitri aja? " Jawabku ketus. 

"Fitri itu aku deketin biar dia gak gangguin kamu. Itu aja. Tapi kami gak pacaran. Kami cuma temen. Dia kan cewek Nis, gak mungkin aku lawan seperti Cowok kan. Itu caraku agar kamu aman dulu. " Penjelasannya semakin membuatku malu sendiri. 

Sambil senyum senyum, aku pun mengangguk. 

Dia tampak bahagia, dan berencana membawa orang tuanya datang minggu depan untuk mengatur pernikahan. 

Hujan kali ini benar-benar membuatku bahagia. Akan ada seseorang yang mengisi sela jariku untuk berjalan satu Visi, satu Misi dalam biduk rumahtangga. 

Hujan, mempertemukanku dan menyatukan hatiku bersama hatinya. Aku menyukai hujan. Sebuah romansa kisah cinta yang sangat membuat hati ini terkenang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun