Oleh :Â
Anggun Prastiwi (2130403039)
Ahmad Wahidi, S.Ag.,SIP.,M.Pd.I
PENDAHULUAN
Kehadiran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw. Diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Hal ini disebabkan Agama Islam adalah agama yang Universal yang berisi petunjuk hidup manusia yang tidak akan pernah usang ajaran-ajarannya, karena senantiasa sesuai dengan kondisi ruang dan waktu. Sebagai penyempurna dari agama-agama samawi, maka Islam mempunyai pokok-pokok ajaran yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan eksistensi manusia dalam rangka menjalankan tugas sebagai kholifah dan hamba Allah dimuka bumi ini. Pokok-pokok ajaran itu adalah Akidah, Syari'ah, dan Akhlaq, rincian tersebut dipahami dari percakapan Nabi dengan malaikat jibril tentang makna Iman, Islam dan Ihsan. Artinya siapa saja yang mampu mengaktualisasikan pokokpokok ajaran islam itu secara integral dipastikan orang tersebut akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Meskipun demikian, dalam Realitasnya tidak semua orang mampu memahami pokok-pokok Islam secara integral. Ada sebagian orang yang dalam hidupnya lebih menonjolkan akidahnya, tapi mengenyampingkan aspek syari'ah dan Akhlaknya, maka yang terjadi adalah banyak orang yang percaya terhadap Tuhan, tapi dia tidak mau sholat, dan suka menyakiti hati sesama manusia. Disisi lain banyak orang yang dalam beragama mengedepankan syari'ah tapi mengesampingkan aspek akidah dan akhlak, maka orang tersebut dalam kehidupan beragamanya bisa jadi rajin sholat tapi masih rajin korupsi, dan suka mendzolimi sesamanya. Ada juga tipe orang yang lebih mengedepankan aspek akhlaknya, tapi tidak menghiraukan aspek akidah dan syariatnya, maka akibatnya dia akan menjadi orang tidak ikhlas dalam setiap perbuatannya. Orang ini senantiasa cari muka, dan berbuat sesuai dengan kepentingan keduniaan saja. Dari realitas tersebut maka perlu ada pendekatan -- pendekatan pengakajian tentang pokok-pokok ajaran Islam yang mampu menjelaskan keterkaitan pokok-pokok ajaran tersebut dalam rangka untuk diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Maka tulisan ini akan mencoba mencari pendekatan yang terbaik dalam memahami pokok-pokok ajaran Islam secara integral yang pada akhirnya bisa diejawentahkan dalam kehidupan seharihari.
PEMBAHASAN
Pemikiran Harun Nasution tentang Aspek Ibadat ,Latihan Spritual dan Ajaran Moral ManusiaÂ
Dalam faham Islam, sebagai halnya dalam agama monoteisme lainnya, tersusun dari dua unsur, unsur jasmani dan unsur rohani . Tubuh manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan materiil, sedangkan roh manusia bersifat Immateri dan mempunyai kebutuhan spritual. Badan, karena mempunyai hawa nafsu, bisa membawa pada kejahatan, sedangkan roh, karena berasal dari unsur yang suci, mengajak kepada kesucian. Kalau seseorang mementingkan hidup kematerian ia mudah sekali dibawa hanyut oleh kehidupan yang tidak bersih, bahkan dapat dibawa hanyut kepada kejahatan.
Oleh karena itu pendidikan jasmani manusia harus disempurnakan dengan pendidikan rohani. Pengembangan dayadaya jasmani sesorang tanpa dilengkapi dengan pengembangan daya rohani akan membuat hidupnya berat sebelah dan kehilangan keseimbangan. Orang yang demikian akan menghadapi kesulitankesulitan dalam hidup duniawi, apalagi kalau hal itu membawa kepada perbuatan -- perbuatan tidak baik dan kejahatan. Ia akan merupakan manusia yang merugikan, bahkan manusia yang membawa kerusakan bagi masyarakat . Selanjutnya ia akan kehilangan hidup bahagia di akhirat dan akan menghadapi hidup kesengsaraan di sana. Oleh karena itu amatlah penting supaya roh yang ada dalam diri manusia mendapat latihan, sebagaimana badan manusia juga mendapat latihan.
Dalam Islam ibadatlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia. Semua ibadat yang ada dalam Islam, salat, puasa, haji dan zakat, bertujuan membuat roh manusia supaya senantiasa tidak lupa pada Tuhan, bahkan senantiasa dekat pada-Nya. Keadaan senantiasa dekat pada Tuhan sebagai Zat Yang Maha Suci dapat mempertajam rasa kesucian seseorang. Rasa kesucian yang kuat akan dapat menjadi rem bagi hawa nafsu untuk melanggar nilai-nilai moral, peraturan dan hukum yang berlaku dalam memenuhi keinginannya.
Di antara ibadat Islam, salatlah yang membawa manusia terdekat kepada Tuhan. Di dalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan dan dialog berlaku antara dua pihak yang saling berhadapan. Dalam salat manusia memang berhadapan dengan Tuhan. Dalam Sholat seseorang melakukan hal-hal berikut: menuju ke -- Maha Sucian Tuhan, menyerahkan diri kepada Tuhan, memohon supaya dilindungi dari godaan syetan, memohon diberi petunjuk kepada jalan yang benar dan dijauhkan dari kesesatan dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik, perbuatan-perbuatan jahat dan sebagainya. Pendek kata dalam dialog dengan Tuhan itu seseorang meminta supaya rohnya disucikan. Dialog ini wajib diadakan lima kali sehari, dan kalau seseorang lima kali sehari dengan sadar memohon penyucian roh, dan ia memang berusaha ke arah yang demikian, rohnya akan dapat menjadi bersih dan ia akan dijauhkan dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, apalagi dari perbuatanperbuatan jahat.
Puasa juga merupakan penyujian roh. Di dalam berpuasa seseorang harus menahan hawa nafsu makan, minum dan seks. Di samping itu ia juga harus menahan rasa amarah, keinginan mengatai orang, bertengkar dan perbuatan-perbuatan kurang baik lainnya. Latihan jasmani dan rohani di sini bersatu dalam usaha menyucikan roh manusia. Di bulan puasa dianjurkan pula supaya orang banyak bersalat dan membaca alQur'an, yaitu hal-hal yang membawa orang dekat kepada Tuhan. Latihan ini disempurnakan dengan pernyataan rasa kasih kepada anggota masyarakat yang lemah kedudukan ekonominya dengan mengeluarkan zakat fitrah bagi mereka.
Ibadah haji juga merupakan penyucian roh. Dalam mengerjakan haji di Mekkah, orang berkunjung ke Baitullah (Rumah Tuhan dalam arti rumah peribadatan yang pertama di dirikan atas perintah Tuhan di dunia ini). Sebagaimana sholat , orang disini juga merasa dekat sekali dengan Tuhan. Bacaan-bacaan yang diucapkan sewaktu mengerjakan haji itu merupakan dialog antara manusia dan dengan Tuhan. Usaha penyucian Roh di sini disertai oleh latihan jasmani dalam bentuk pakaian, makanan dan tempat tinggal sederhana. Selama mengerjakan haji perbuatan-perbuatan tidak baik harus dijauhi. Di dalam haji juga terdapat pula latihan rasa bersaudara antara semua manusia, tiada beda antara kaya dan miskin, raja dan rakyat biasa, antara besar dan kecil, semua sederajat.
Zakat, sungguhpun itu mengambil bentuk mengeluarkan sebagian dari harta untuk menolong fakir miskin dan sebagainya juga merupakan penyucian roh. Disini dilatih menjauhi kerakusan pada harta dan memupuk rasa bersaudara, rasa kasihan dan suka menolong anggota masyarakat yang berada dalam kekurangan.
Ibadat dalam arti Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif. Pengertian serupa ini adalah pengertian yang tidak tepat. Betul ayat 56 dari surat al-Zariat mengatakan: bahwa manusia diciptakan semata-mata untuk beribadat kepada tuhan yaitu mengerjakan salat, puasa, haji, dan zakat. Soal ibadat memang amat penting artinya dalam ajaran Islam. Tapi mestikah kata " liyabudun " di sini berarti ibadat, mengabdi atau menyembah? Sebenarnya Tuhan tidak berhajat untuk disembah atau dipuja manusia. Tuhan adalah Maha Sempurna dan tak berhajat kepada apapun. Oleh karena itu kata " liyabudun" di sini lebih tepat kalau diberi arti lain daripada arti beribadat, mengabdi, memuja, apalagi menyembah. Lebih tepat kalau kata itu diberi arti tunduk dan patuh dan kata " abada " memang mengadung arti tunduk dan patuh sehingga ayat itu menjadi: " Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk tunduk dan patuh kepada-Ku". Arti ini lebih sesuai dengan arti yang terkandung dalam kata muslim dan muttaqi, yaitu menyerah, tunduk dan menjaga diri dari hukuman Tuhan di Hari Kiamat dengan mematuhi perintahperintah dan larangan-larangan Tuhan. Dengan lain kata, manusia diciptakan Tuhan sebenarnya ialah untuk berbuat baik dan tidak untuk berbuat jahat, sungguhpun di dunia ada manusia yang memilih kejahatan.
Selanjutnya arti sembah dan sembahyang yang diberikan kepada " abada " dan " sholaa " juga membawa paham yang tidak tepat. Kata sembahyang berasal dari suatu bahasa yang memakai falsafah lain dari falsafah Islam. Sembahyang mengandung arti menyembah kekuatan gaib dalam paham masyarakat animisme dan politeisme. Dalam falsafah masyarakat serupa ini kekuatan gaib yang demikian ditakuti dan mesti disembah dan diberi sesajen agar ia jangan murka dan jangan membawa bencana bagi alam.
Kata sembahyang yang mengandung arti demikian, ketika dibawa ke dalam konteks Islam, sebagai terjemahan bagi kata " abada " dan " shola", menimbulkan perubahan dalam konsep Tuhan yang ada dalam Islam. Dalam Islam Tuhan bukanlah merupakan suatu zat yang ditakuti tetapi suatu zat yang dikasihi. Ini ternyata dari ucapan " bismillahirrahmanirrahim " yang tiap hari berkali-kali dibaca umat Islam. Rahman dan Rahim berarti pengasih dan Penyayang, jadi bukanTuhan yang ditakuti, tetapi Tuhan yang dikasihi manusia.
Tetapi kata sembahyang yang masuk ke dalam konteks Islam itu menghilangkan sifat pengasih dan penyayang itu dari kesadaran kita umat Islam. Inilah pula kelihatan salah satu sebabnya maka " dalam al-Qur'an di Indonesia akan menjadi " takutilah Tuhan" sedang arti sebenarnya adalah " pelihara dan jagalah dirimu dari hukum Tuhan di Akhirat dan patuhlah kepada perintah dan larangan-Nya".
Tujuan ibadat dalam Islam bukanlah menyembah, tetapi mendekatkan diri kepada Tuhan, agar demikian roh manusia senantiasa diingatkan kepada hal-hal yang bersih lagi suci, sehingga akhirnya rasa kesucian seseorang menjadi kuat dan tajam. Roh yang suci membawa kepada budi pekerti baik dan luhur. Oleh karena itu, ibadat disamping merupakan latihan spritual, juga merupakan latihan moral.
Salat memang erat hubungannya dengan latihan moral. Ayat 45 dari Surat al-Ankabut menyatakan: "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar." Dalam satu hadits qudsi juga dinyatakan bahwa Tuhan akan menerima salat orang yang merendah diri tidak sombong, tidak menentang malahan selalu ingat kepada Tuhan dan suka menolong orang-orang yang dalam kesusasahan seperti fakir miskin, orang yang dalam perjalanan, janda dan orang kena bencana. Jadinya salah satu tujuan salat adalah menjauhkan manusia dari perbuatan-perbuatan jahat dan mendorongnya untuk berbuat hal-hal yang baik.
Demikian juga puasa dekat hubungannya dengan latihan moral. Ayat 183 dari surat al-Baqarah mengatakan: "Hai orang-orang yang percaya, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. " Bertaqwa artinya menjauhi perbuatan-perbuatan jahat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Hadits-hadits Nabi juga mengaitkan puasa dengan perbuatan-perbuatan tidak baik.
Jadi puasa yang tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan perbuatan tidak baik tidak ada gunanya. Orang yang demikian tidak perlu menahan diri dari makan dan minum, karena puasanya tidak berguna. Artinya puasa bukanlah menahan dari dari makan dan minum, tetapi menahan diri dari ucapan-ucapan tidak baik lagi kotor.
Kemudian mengenai haji, ayat 197 dari surat al-Baqarah:27 : menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji orang tidak boleh mengeluarkan ucapan tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-hal tidak baik dan tidak boleh bertengkar.
Tentang zakat ayat 103 dari surat al-Taubah:28 : menjelaskan bahwa zakat diambil dari harta untuk membersihkan dan menyucikan pemiliknya. Hal tersebut dipertegas dengan sabda rasulullah yang menjelaskan bahwa arti sedekah luas sekali, sehingga ia mencakupi senyuman kepada manusia, seruan pada perbuatan baik dan larangan dari perbuatan jahat, memberi petunjuk kepada manusia, menjauhkan duri dari jalan, memberi air yang ada digayung kita kepada orang yang berhajat dan menuntun orang yang lemah penglihatannya.
Bahwa semua ibadat itu dekat hubungannya dengan pendidikan moral dijelaskan lebih lanjut oleh salah satu hadits yang menyatakan bahwa orang yang kuat sembahyang, berpuasa dan bersedekah, tetapi lidahnya menyakiti tetangga, akan masuk neraka. Dan orang yang sedikit menjalankan ibadat sembahyang, puasa, dan sedekah, tetapi tidak menyakiti hati tetangga akan masuk surga. Dalam hadits lain juga mengatakan bahwa orang yang berdusta, tidak menepati janji dan berkhianat, adalah munafiq, sungguhpun ia mengaku dirinya orang Islam, berpuasa, mengerjakan sholat, haji, umrah, menurut hadits berikut. Dalam hadits lain juga juga diterangkan oleh Nabi tentang ada hal yang lebih tinggi, derajatnya dari salat, puasa dan sedekah. Ketika para sahabat ingin mengetahui hal itu, maka Nabi menjawab: Memperbaiki persahabatan. Selanjutnya juga nabi menjelaskan bahwa sifat pemurah membuat orang dekat pada tuhan dan surga, sedang sifat bakhil membuat orang jauh dari Tuhan dan surga. Dan begitunya sifat pemurah sehingga orang jahil tetapi pemurah lebih dikasihi Tuhan dari orang banyak beribadat tapi bakhil.
Demikianlah al-Qur'an dan alHadits menjelaskan bahwa ibadat sebenarnya merupakan latihan spritual dan moral dalam usaha Islam membina manusia yang tidak kehilangan keseimbangan hidup, lagi berbudi pekerti luhur.
Disamping latihan spritual dan moral ini, al-Qur'an dan al-Hadits juga membawa ajaran-ajaran atau normanorma yang harus dilaksanakan dan dipegang oleh setiap orang muslim, sebagaimana dalam surat al-Nisa' ayat 58 yang mengajarkan supaya manusia mengetahui hak orang lain dan bersikap ikhlas terhadap hak itu. Ayat ini memerintahkan supaya amanat (hak yang dipercayakan kepada seseorang) diteruskan kepada yang berhak, disamping ayat ini juga mengajarkan supaya manusia bersikap adil.
Selain ajaran-ajaran moral tentang berbuat amanat dan adil al-Qur'an juga mengajak berbuat baik kepada orang lain dan keluarga(al-Nahl 90) , menganjurkan untuk berkata baik (Surat Ibrahim ayat 24, 25, dan 26), melarang untuk mencemooh orang lain, karena mungkin lebih baik dari kita sendiri. Melarang untuk berburuk sangka, karena sebagiannya adalah merupakan dosa, dan mencari kesalahan-kesalahan orang lain (Surat Hujurat 11-12).
Selain ajaran Akhlaq al-Qur'an juga mengandung ajaran-ajaran bagaimana seharusnya tingkah laku seseorang dalam hidup sehari-hari. Misalnya agar seseorang jangan memasuki rumah orang lain sebelum minta izin (al-Nur ayat 27-28), meminta izin terlebih dahulu sebelum memasuki ruang tertutup dengan mengetok pintu tiga kali meskipun anak yang belum dewasa (al-Nur ayat 58).
Ajaran-ajaran moral dalam alqur'an ini dipertegas juga oleh sabdasabda Nabi, bagaimana Nabi bersabda tentang manfaat kejujuran yang membawa kedamaian, dan dusta membawa kecemasan, Rasul juga menjelaskan orang yang kuat adalah orang yang bisa menahan amarahnya, Rasul juga mengajak untuk berlemah lembut.terhadap orang yang tidak menghargainya, memaafkan orang yang tak memberi apa-apa, tetap bersahabat dengan orang yang memutus tali shilaturrahim. Hal inilah yang menyebabkan Rasul dipuji dalam alqur'an sebagai orang yang mempunyai akhlaq yang luhur.
Dari paparan diatas bisa dikatakan bahwa intisari ajaran Islam adalah berkisar soal baik dan buruk. Inilah yang menyebabkan para teolog berbeda pendapat tentang masalah baik dan buruk . perbedaaan itu seputar "Dapatkah manusia melalui akalnya mengetahui perbuatan mana yang buruk? Atau untuk mengetahui itu, manusia perlu pada wahyu?pertentangan ini misalnya terjadi pada aliran Asy'ariah dan Mu'tazilah.
Disamping masalah baik buruk ini dibahas dalam teologi Islam, fikih atau hukum Islam sebenarnya juga memusatkan pembahasan pada soal baik dan buruk itu. Pengertian wajib, haram, sunnah, dan makruh hubungannya erat sekali dengan perbuatan baik dan buruk itu. Pada dasarnya perbuatan buruk atau jahat ada yang haram untuk dikerjakan dan ada yang makruh yang berakibat kemudharatan dan kesengsaraan jika dilaksanakan, sedangkan perbuatan baik ada yang wajib dan ada yang sunnah yang berakibat dan kebahagiaan jika dilaksanakan.
Ancaman yang berupa neraka dan janji yang berupa surga diakhirat, juga erat hubungannya dengan soal baik dan buruk ini.Orang yang berbuat baik di dunia akan masuk surga di akhirat. Dan orang yang berbuat jahat akan masuk neraka.
Jelaslah, bahwa soal baik dan buruk, disamping soal ketuhanan menjadi dasar agama yang penting. Ini demikian, karena yang ingin dibina Islam ialah manusia baik yang yang menjauhi perbuatan buruk atau jahat di dunia. Manusia serupa inilah sebenarnya yang dimaksud dengan mukmin, muslim, dan Muttaqi (orang yang bertaqwa). Mukmin ialah orang yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai sumber-sumber yang bersifat absolut, muslim orang yang menyerahkan diri dan Tunduk kepada Tuhan dan muttaqi adalah orang yang memelihara diri dari hukuman Tuhan di akhirat, yaitu orang yang menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Dalam al-Qur'an kata muttaqin dalam al-qur'an memang dihubungkan dengan nilai-nilai seperti suka menolong, sungguhpun dalam keadaan kekurangan, dapat menahan amarah, suka memberi maaf kepada orang lain, menepati janji, sabar, tawadhu, suka kepada kebaikan dan benci pada kejahatan, berbuat baik kepada orang lain, jujur, suka pada kebenaran dan sebagainya. Kata muttaqin dalam al-qur'an selanjutnya dikontraskan dengan orang yang berbuat onar dan kacau dalam masyarakat, orang yang berbuat buruk, orang yang berdusta, orang yang bersikap zalim, penjahat, amoral dan sebagainya.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan mukmin, muslim dan muttaqin sebenarnya adalah orang yang bermoral tinggi dan berbudi pekerti luhur. Tidak heran kalau soal akhlak dan budi pekerti luhur memang merupakan ajaran yang penting sekali dalam Islam. Dan soal itu demikian pentingnya sehingga, bukan hanya ibadat salat, puasa, zakat serta haji saja, tetapi juga hukum fikih dan konsep iman,Islam, serta neraka, kesemuanya sebagaimana dilihat di atas erat hubungannya dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia. Tujuan dasar dari semua ajaran-ajaran Islam memanglah untuk mencegah manusia dari perbuatan buruk atau jahat dan selanjutnyauntuk mendorong manusia kepada perbuatan-perbuatan baik. Dari manusia-manusia baik dan berbudi pekerti luhurlah masyarakat baik dapat terwujud.
KESIMPULAN
Dari paparan Harun Nasution tentang topik Aspek Ibadah,Latihan Spritual, dan Ajaran Moral bisa disimpulkan bahwa telah terjadi kesalahan pendekatan bagi seorang yang memahami pokok-pokok ajaran islam secara persial. Hal itu di buktikan oleh keterangan Harun Nasution, bahwa ideal pokok-pokok ajaran islam (akidah,Syariah,dan aklhaq) itu harus dipahami dan dilaksanakan integral untuk menuju kepada kesempurnaan manusia (insan kamil), karena pada hakikatnya manusia itu harus senantiasa meningkatkan hubungan baiknya dengan Allah dan hubungan baiknya dengan sesame manusia dan alam semesta. Dengan kata lain bagaimana dalam kehidupan beragama seorang bisa mencegah dirinya untuk berbuat buruk dan jahat, dan kemudian mendorongnya untuk berbuat baik.
Kajian ini sangat dibutuhkan oleh umat islam yang kebanyakan belum sempurna (kaffah) dalam memahami dan melaksanakan pokok-pokok ajaran islam secara integral. Untuk itu perlu dikembangkan dan disosialisasikan kajian-kajian serupa dengan pendekatan-pendekatan doktriner, dengan harapan semoga bisa meningkatkan kesadaran dan pemahaman umat islam dalam mengamalkan ajaran-ajaran islam menuju umat yang diridhoi Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H