Setiap malam, sebelum tidur, Anin selalu berdoa agar suatu hari nanti keluarganya bisa menemukan kedamaian. Tapi di dalam hatinya, ia tahu bahwa perjalanan menuju kedamaian itu masih panjang dan penuh dengan tantangan. Anin hanya bisa berharap bahwa suatu hari nanti, ia akan cukup kuat untuk menghadapi semua ini dan menemukan kebahagiaan yang selama ini ia impikan. Di kamar kecil rumah kontrakan itu, Anin menulis dalam buku hariannya, mencoba menumpahkan semua perasaan yang tidak bisa ia ucapkan. Ia menulis tentang ketakutannya, tentang harapannya, dan tentang mimpinya untuk masa depan yang lebih baik. Menulis menjadi pelarian dan penyembuhan baginya.
"Dalam setiap kata yang ditulis, ada harapan yang terucap. Setiap lembar adalah langkah kecil menuju kebahagiaan."
Anin menutup buku hariannya dan memandang ke luar. Di luar, bintang-bintang berkelip di langit malam, seolah memberikan harapan kecil di tengah kegelapan hidupnya. Ia bertekad untuk terus berjuang, demi dirinya sendiri dan demi ibunya yang selalu berusaha melindunginya. Malam itu, Anin berbaring di tempat tidur dengan hati yang sedikit lebih ringan. Ia tahu bahwa masih ada harapan, meskipun kecil, dan itu cukup untuk membuatnya bertahan menghadapi hari-hari yang sulit. Dengan semangat baru, Anin berjanji pada dirinya sendiri untuk terus berjuang dan tidak pernah menyerah.
"Harapan adalah lentera kecil yang menyala di tengah kegelapan, memberi kita alasan untuk terus berjalan."
Anin menutup matanya, berharap mimpi-mimpi indah akan mengisi tidurnya dan memberikan kekuatan baru untuk menghadapi hari esok. Dengan doa dan harapan di hatinya, ia percaya bahwa suatu hari nanti, kebahagiaan akan datang.
~ To be continue ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H