Mohon tunggu...
Anggit Satriyo Nugroho
Anggit Satriyo Nugroho Mohon Tunggu... Jurnalis - Advokat dan akademisi

Saya adalah seorang yang berpengalaman dalam bidang jurnalistik selama hampir 20 tahun, saya juga menggeluti dunia advokasi selama 5 tahun. Selain itu saya juga miliki pengalaman sebagai akademisi. Dari pengalaman tersebut, saya memiliki kemampuan menulis terutama terkait hukm dan pers

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Toko Kelontong di Mana-mana dan Sejuta Kegigihan Orang Madura

28 April 2024   17:00 Diperbarui: 28 April 2024   17:23 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Rejeki saya dan rejeki SPBU itu sudah diatur Tuhan," begitu orang Madura menjawab.

Kegigihan ala orang Madura ini adalah kegigihan yang patut dicontoh menghadapi dinamika ekonomi yang berubah-ubah seperti saat ini. Disrupsi yang setiap saat pula terjadi.

Sekitar lima tahu lalu, ketika toko retail modern menjamur dan membiak dengan cepat, banyak orang yang memperdebatkan.
Tak terkecuali pemerintah dan para legislator di gedung dewan.

Kekhawatirannya bahwa toko retail modern akan membunuh toko kelontong yang dimiliki warga lokal.

Sederet aturan pun dibikin. Tiap-tiap daerah seakan berlomba-lomba membuat peraturan daerah yang melindungi pedagang lokal.

Keberadaan toko retail modern diatur dengan super ketat. Ada yang tidak boleh di dalam gang, tidak boleh berdekatan dengan pasar tradisional, bahkan ada kabupaten/kota yang lebih kejam lagi. Dimana, toko retail modern tidak boleh sama sekali di daerah itu.

Berbilang tahun kemudian semuanya terjawab. Memang toko-toko kelontong yang penjualannya akhirnya seret, lalu perlahan mati.

Namun, celah itu yang akhirnya ditangkap toko kelontong Madura. Matinya toko kelontong itulah yang kemudian ditangkap sebagai ide bisnis baru.

Toko Kelontong Madura hadir dimana-mana. Bahkan, hadir lebih sporadis dibandingkan toko retail modern yang bermodal lebih kuat. Mereka justru berani masuk hingga ke dalam gang. Beda halnya dengan toko retail yang hanya ada di jalan besar.

Kegigihan dan ketelatenan orang Madura dalam berdagang mungkin sulit sekali dicari tandingannya.

Bila pelayan di toko retail modern harus berseragam dan patuh jam kerja yang diatur UU Ketenagakerjaan. Jangan heran bila sulit mencari toko yang buka saat dini hari. Maka Toko Kelontong Madura seolah menjadi penambal semua kebutuhan itu. Toko Kelontong Madura tak pernah tutup. Pelayannya tidak pulang dan tak harus berbayar setara UMK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun