Mohon tunggu...
Cumipluto
Cumipluto Mohon Tunggu... Freelancer - Alien

Alien cumi yang gemar menulis dan membaca tulisan manusia

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

Makan-Makan yang Tak Bikin Senang

13 Juni 2024   19:45 Diperbarui: 13 Juni 2024   19:53 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Foto oleh Aphiwat chuangchoem: https://www.pexels.com/id-id/foto/tengkorak-patah-di-samping-apel-dan-sendok-347208/

"Tapi Nan, kita kan tau sendiri Aan kaya gimana. Rasanya ngga mungkin ah kalau dia gegabah gitu," Nita menyangkal ucapan Dinan. Aku cukup setuju dengan Nita. Karena selama ini tak pernah sedikit pun aku melihat Aan bertindak kurang ajar. Bahkan kalau boleh dibilang Aan adalah anggota tim yang paling sopan. Itu juga yang membuat sebagian warga begitu menyenangi Aan.

"Ya siapa tau aja Nit pas di jalan dia kelepasan makan sesajen yang ada di deket gunung itu!"

"Kayanya...," aku yang hendak menyela Dinan seketika terdiam karena sadar akan sesuatu.

Makanan, Aan berkata kalau dia sering sekali mendapatkan makanan. Tapi yang aku tahu Aan mendapatkan makanan-makanan itu kan dari warga, dan yang jadi masalah baik aku atau pun kawan yang lain tak pernah tahu warga mana yang Aan maksud.

"Kenapa Dan?" tanya Nita yang mungkin merasa heran dengan ucapanku yang tak diteruskan.

"Ah ngga," ucapku singkat.

Hal ini masih belum mendapatkan titik terang, dan aku tak akan mau berburuk sangka kepada Aan. Jadi satu-satunya jalan ya diam saja sampai Pak Kades memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi kepada kawanku itu.

***

Setelah kejadian itu Aan dipindahkan ke rumah Pak Kades. Kesehatannya menurun, sepanjang sisa KKN ia hanya menghabiskan waktunya di rumah, membuat laporan, menyusun data, atau apa saja yang bisa dilakukannya.

Aku sendiri sampai KKN selesai tak pernah mendengarkan penjelasan Pak Kades. Selain itu kami semua bertingkah seolah kejadian itu tak pernah ada. Baik Banyu, Wayan atau Sopian kompak tutup mulut. Aku pun tak ingin mencari tahu karena sadar mungkin itu akan mempengaruhi kinerja timku.

Sampai akhirnya masa KKN pun berakhir. Aku harus pulang dengan rekan-rekanku. Perpisahan kami dan warga sekitar berlangsung begitu dramatis. Apa lagi anak-anak perempuan, mereka menangis di pelukan ibu-ibu desa.

Di antara kami semua tampaknya hanya Aan yang merasa lega. Wajahnya yang semula lebih banyak murung kini tampak sedikit lebih cerah. Aku bisa mengerti, karena bagaimana pun peristiwa yang dialami Aan bukanlah pengalaman yang menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun