Mohon tunggu...
Cumipluto
Cumipluto Mohon Tunggu... Freelancer - Alien

Alien cumi yang gemar menulis dan membaca tulisan manusia

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Makan-Makan yang Tak Bikin Senang

13 Juni 2024   19:45 Diperbarui: 13 Juni 2024   19:53 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Foto oleh Aphiwat chuangchoem: https://www.pexels.com/id-id/foto/tengkorak-patah-di-samping-apel-dan-sendok-347208/

Indra yang masih di sudut ruangan terlihat kaget ketika aku segera mendekati Aan dan ikut mengguncang-guncangkan tubuhnya. Sopian dan Wayan yang melihatnya pun bergabung denganku. Mereka bahkan berusaha mendudukkan Aan, dan hasilnya tetap nihil. Lelaki itu masih tertidur seolah tak diganggu dan diusik.

"Panggil Pak Kades Dan, cepet!"

Aku mengangguk mendengar perintah Wayan. Dengan cepat aku sambar senter dan berlari ke luar. Langkahku cepat sekali hingga aku tak sadar kalau sudah menggunakan sandal yang bukan pasangannya.

Entah karena panik atau bagaimana, aku merasa kalau rumah Pak Kades tak kunjung terlihat. Selain itu selama perjalanan ke sana tak henti-hentinya aku melihat ke belakang. Aku merasa diikuti. Aku bahkan seolah bisa mendengar suara langkah kaki lain yang mengikuti langkah kakiku.

Sesampainya di rumah Pak Kades aku langsung mengetuk pintu tak sabaran. Kebetulan yang membukakan pintu adalah Pak Kades sendiri, sementara itu di ruang tamu terlihat Dinan yang baru saja datang dengan satu teko penuh teh hangat.

"Pak, tolong Pak. Itu Aan..., " suaraku tersamar oleh napas yang tidak beraturan.

"Ada apa Dan, Aan kenapa?" Dinan mendekat dan bertanya dengan khawatir.

"Aan ngga bisa bangun Din," jawabku usai bisa mengendalikan napas dengan benar. "Tadi pulang langsung tidur, karena mau ada evaluasi gue sama Banyu bangunin dia. Tapi sampe Sopian sama Wayan ikut bangunin tuh anak ngga bangun-bangun."

Penjelasanku tampaknya tak terlalu dimengerti oleh Pak Kades, jadi dia memutuskan untuk segera melihat keadaan Aan secara langsung. Bersama dengan Dinan dan Nita, kami pergi ke bangunan laki-laki.

Sejujurnya aku berharap Aan hanya bercanda, tak apa lah jika nanti aku akan dongkol bukan main kepadanya. Yang penting tak terjadi apa-apa kepada lelaki itu. Tapi sial harapanku tak terwujud, yang ada malah lebih parah.

Sebelum kami sampai suara Banyu sudah terdengar dari jauh. Bahkan beberapa warga sudah berkumpul di depan bangunan itu. Pak Kades berlari melihatnya, di susul dengan aku yang tak bisa meninggalkan Dinan dan Nita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun