Lelaki itu sering dianggap tak peka, cuek, dan terlalu bersikap dingin. Padahal yang tak mereka ketahui, sebenarnya lelaki itu sudah mengerti resiko apa yang akan terjadi jika ia menyambut gayung dari pada gadis itu. Diabaikan dan terabaikan.
Lelaki itu tahu keinginan para gadis yang didekatinya itu, tapi ia terlalu malu untuk membuka batas dirinya. Ia terlalu naif, cara mencintainya sudah terbentuk sedemikian rupa dan sulit untuk dirobohkan.
Dia kekeh dengan pendapat dan pemikirannya. Ia juga tak berharap para gadis untuk mengerti.Â
Toh pada akhirnya para gadis itu yang akan sadar dan mengabaikannya. Ia tak masalah jika terus menjadi objek yang terus disalahkan dari gagalnya hubungannya dengan para gadis itu. Ia terima.
Bagian itu ia anggap sebagai sedekah 'pengertian'. Ia mampu mengerti, tapi para gadis selalu ingin jadi yang terdepan dan tak mau mengerti dirinya.
Jika memutar kembali waktu. Sejak dulu kisah asmaranya sebenarnya sudah berantakan. Di tingkat sekolah menengah atas, Lelaki itu pernah menjalin hubungan kisah kasih bersama wanita teman satu kelasnya.
Namanya Ris
Namanya Ris, Perempuan kecil yang punya senyum manis. Jawara kelas, ranking kelasnya tidak pernah lepas dari 3 besar.
Lelaki itu tak tahu sejak kapan kisah kasih itu bermula. Yang ia ingat hanya waktu menjalani hubungan yang hanya bertahan satu hari saja. Benar. Satu hari.
Ia juga tak ingat apa alasannya bisa mengungkapkan perasaannya kepada si Jawara kelas itu. Yang ia ingat, ia ungkapkan perasaan itu lewat chat BBM, kala itu sedang buming-bumingnya.
Tak pernah ia sangka, Ris menerimanya. Dulu, ia merasa jika gadis itu senang ketika lelaki itu mengungkapkan perasaannya. Tapi sekarang, ia berpikir kembali, apakah dulu Ris hanya bermain-main dan pura-pura menerimanya?