Mohon tunggu...
Anggi Luki
Anggi Luki Mohon Tunggu... Editor - Karyawan

Orang yang suka dengan ketenangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

In Silent

1 Oktober 2023   18:50 Diperbarui: 1 Oktober 2023   18:59 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar Pexels

Hari berganti hari, bulan berganti bulan sejak kejadian itu. Hari ini aku akan pergi ke Dokter karena memang udah waktunya cek up  bulanan.

"Oke, Nania kondisi kamu sudah sangat bagus dan membaik dari sebelumnya. Rajin-rajin happy ya dan jangan down mikirin ini semua." Ucap seorang dokter dengan senyum tipisnya.

"Siap dok, I will always happy. Kan, hidup terus berjalan gak mungkin aku habisin waktuku hanya untuk meratapi hal-hal yang sudah ditakdirkan kepadaku." Jawabku riang di depan dokter, padahal dibalik itu tersimpan banyak over thinking yang menyelimutiku.

"Good Grill" 

cek Up pun sudah selesai aku berjalan keluar untuk menuju administrasi, tiba-tiba aku terdiam dan langkahku terhenti namun kedua mataku tertuju pada sepasang kekasih yang saling menguatkan. 

"Aku tahu, bahwa rumah sakit adalah tempat paling tulus sekaligus menyakitkan, dimana aku bisa melihat orang-orang tulus yang mendampingi pasangan bahkan keluarganya saat mereka berjuang melawan penyakitnya, beruntunglah mereka yang harus melewatinya tidak sendiri, beda hal denganku." Ucapku lirih, sambil tersenyum tipis.

Usai segala urusan di rumah sakit, aku jalan-jalan di taman sembari melihat lampu-lampu jalanan yang indah, semua itu membuatku bahagia dan tidak kesepian, aku duduk di salah satu bangku taman diam sendiri dan menikmatinya, hatiku selalu berkata " Terimakasih Tuhan, atas takdir yang Kau takdirkan dalam hidupku, meski kadang agak menyakitkan tapi aku percaya Kau selalu punya rencana yang baik untukku."

"Merenung sendirian terkadang bisa membuat kita flashback ke hal-hal masalalu yang mungkin membuat kita sakit atau bahkan bisa membuat kita meratapi apa yang terjadi kepada kita sekarang, dan hanya diri kita sendiri yang tau." Terdengar suara laki-laki yang menurutku tidak asing, tapi aku tidak tahu namanya. Aku menolehkan kepala ke arahnya.

"Bapak yang waktu itu?" Tanyaku syok, ya orang ini adalah orang yang waktu itu tak sengaja aku tumpahin kopi.

"Kan, sudah aku bilang, aku belum setua itu untuk kamu panggil Bapak, kenalkan!" Ia mengulurkan tangan kanannya dan aku membalasnya.

"Edward, panggil aku edward!" Perintahnya kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun