Aku langsung manggut dan sebel dengan dokter ini. Dini tersenyum kecil.
'nah, apa kubilang mbak?' lanjut Dini mengejekku.
'mungkin salah dok, saya berdoa tiap malam dapat anak laki-laki dok', kataku tak mau kalah.
'ya saya lihat satu kali lagi ya bu kalau belum yakin', kata dr Yudho tersenyum
'nih, perempuan bu, jelas kok ini, ini membentuk garis vagina bu. Kalau laki-laki tidak begini', kata dokter menjelaskan.
Aku langsung cemberut.
'gak apa-apa ibu Wenni, laki-laki perempuan sama saja Toh titipan Tuhan. Apalagi ini anak pertama bukan?'
'iya dok, tapi bukan itu masalahnya dok', kataku berkelit.
'sudah yang penting anda dan janin sehat bu. Ini saya kasih resep ya bu untuk vitamin, jangan lupa persiapkan diri untuk persalinan ya bu', nasehat dokter Yudho.
Aku kembali kerumah dengan dongkol dan tak nafsu makan. Aku langsung masuk kamar dan tidur. Hingga Dini tak kutegur. Aku ingin anak laki-laki, bukan anak perempuan, titik.
Sayup-sayup kudengar Dini menelpon suamiku memberitahu bahwa aku sudah kehilangan nafsu makan seminggu terakhir, padahal biasanya aku makan lumayan banyak. Akhirnya suamiku pulang kerumah.Aku menangis sesenggukan seperti anak kecil. Aku merengek padanya bahwa aku ingin anak laki-laki bukan anak perempuan.