Mohon tunggu...
Angger Wiji Rahayu
Angger Wiji Rahayu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bermimpi menjadi penulis. Karena dunia yang kita lihat hanyalah representasi. www.anggerwijirahayu.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manusia Laki-laki

2 Agustus 2012   06:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:19 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'hai, aku Dani. Kebetulan aku bekerja dipemprov. Wenni kerja dimana ya?'

'aku pekerja sosial, juga mengajar di Yayasan untuk anak berkebutuhan khusus. Sesekali aku menulis untuk koran lokal', ungkapku.

'kalo boleh tau, itu PNS juga ya? Trus anak berkebutuhan khusus apa ya?'

Gubrak. Illfeel gak sih? Pertanyaan dasar yang seharusnya tidak dipertanyakannya lagi? Lalu, sepertinya jika aku tidak PNS aku sulit diterima dikalangannya dan serasa tidak tren gitu. Akhirnya, aku mogok ingin menikah dan kuputuskan sementara waktu tidak menikah.

Ibu menangis lagi kala aku mengutarakan maksudku agar ibu tidak mencarikan aku jodoh lagi. Akhirnya dengan jalan Tuhan, aku menemukan suamiku ini. Tak sengaja lewat jejerang sosial facebook. Kami intens berkirim surat elektronik dan terlibat diskusi banyak mengenai anak berkebutuhan khusus. Hingga suatu hari aku mengutarakan padanya bahwa aku ingin menikahinya. Aku memberinya waktu tiga bulan untuk berfikir, dan akhirnya dia menjawab dengan kalimat 'iya, kita menjadi teman hidup'.

Oh, ya ada lagi nih wejangan dari keluarga kala aku mengutarakan niatku untuk menikah dengan suamiku.

'laki-laki mana itu? Pekerjaannya apa? sudah mapan belum?'

'nanti kamu kalau sudah menikah harus menjadi istri yang baik. Mengabdi dan patuh terhadap suami. Layani suamimu dengan baik, siapkan semua keperluannya dengan baik walau kamu bekerja. Jangan pernah menolak jika suami mengajak berhubungan seksual, kalau kamu menolak nanti dilaknat Tuhan. Trus kamu harus pandai-pandai mengatur uang, jadi istri ya nrimo apapun yang diberi suami'

Aku yakin, itu kalimat yang aku ingat saja. Selebihnya aku banyak tidak mengingat nasehat-nasehat yang diberikan padaku.Ada kalimat yang sama sekali membuat aku geram pada keluarga kala itu 'haduh, wen, makan apa kamu sama laki-laki seperti itu?' Aku tetap diam saja. Padahal dalam hati aku pilu.

Aku juga sempat ribut dengan beberapa tetanggaku yang sering memanggilku dengan sebutan Nyonya Rio, dalam arisan yang diadakan dilingkungan sekitar rumahku. Aku sebel, namaku Wenni, bukan Nyonya Rio dan sudah kujelaskan berkali-kali. Tapi tetap saja mereka menaganggapku aneh. Sudahlah, aku capek rasanya menghadapi dunia ini.

Setelah menikah, aku tinggal di Bengkulu bersama adik suamiku, dulunya dia adalah adik angkatku. Aku tak tau kalau si Dini ini saudara kandung suamiku kala itu. Tapi kami seperti sahabat. Setiap hari kami bekerja dengan semangat dan malam hari kami baru bertemu dirumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun