Mendengar semua penjelasan Tono, ibu itu menangis. Sambil memegang tangan Tono, membantunya berdiri, ibu itu berkata, “Mari nak, ikut ibu. Kau ingin pulang sekarang?”
"Lembut sekali suara ibu ini," pikir Tono.
“Iya bu, aku ingin pulang.”
Wanita berhati baik itu menaikkan Tono ke atas bus yang akan membawa Tono pulang, ia membayar semua ongkos perjalanan Tono. Tidak lupa, ibu itu berpesan kepada sopir supaya mengantar Tono sampai ke kampungnya.
“Terimakasih banyak bu,” kata Tono sambil terus mengusap air matanya.
Sampai juga Tono di depan rumahnya. Tono langsung disambut oleh ayahnya.
“Bapak, aku pulang!” teriak Tono sambil menghambur ke pelukan ayahnya. Lagi-lagi, dia menangis.
“Maafkan aku pak!” katanya setengah berteriak.
Sang ibu tiri pun bergegas keluar dari dalam rumah, menyambut Tono, dan memeluk Tono. Mengusap rambutnya, air matanya dan sepertinya juga menghapus ketakukan Tono.
“Ibu senang nak kamu pulang, semalaman kami tidak tidur karena memikirkanmu, kami terus berdoa untukmu,” kata ibu tirinya perlahan sambil terus mengusap rambut Tono.
Entah mengapa Tono merasa nyaman dalam pelukan ibu tirinya, dia aman. Sudah lama dia tak merasa pelukan seperti ini, pelukan seorang ibu.