Mohon tunggu...
Angelina Togatorop
Angelina Togatorop Mohon Tunggu... Penulis - Pemula

@anglnnnn__

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kamu Kuat!

2 Februari 2020   13:18 Diperbarui: 2 Februari 2020   13:27 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurang lebih 2 jam perjalanan, agar kami tiba di bandara Kualanamu. Tiba di bandara, telah siap ambulance yang dipesan ayah saat masih di rumah sakit kemarin. Kami menaikki ambulance bersama peti paman, sepanjang perjalanan menuju rumah nenek aku hanya menatap dan mengusap peti paman. Dalam pikiranku terlintas

"mengapa paman meninggalkan aku, padahal aku mau bilang kalau aku dapat rangking 1"

***

Dimana kulihat dari kaca ambulance, semua orang yang terlewati melihat ambulance ini dengan tatapan seperti itu. Berjam-jam perjalanan menuju rumah nenek, dan saat tiba sudah banyak sekali orang disana yang menangis saat mendengar ambulance ini sudah dekat. Ambulance berhenti, nenek yang sudah berdiri di depan pintu langsung menangis dan pingsan melihat peti diturunkan. Peti diangkat ke dalam rumah nenek, dan dibukalah peti itu. Nenek sadar dan menangis terisak - isak melihat paman, begitupun juga dengan kakek. Bahkan seluruh orang yang ada di rumah nenek mendengar nenek berteriak tak menyangka, ikut menangis. 

Sampai malam tiba, hanya tangisan yang menyelimuti kami semua. Hingga malam berganti pagi, tak henti - hentinya doa diadakan untuk paman. Sampai siang tiba, peti paman ditutup. Bibi dan nenek pingsan. Menunggu mereka sadar, barulah peti diangkat. Peti diangkat bersama - sama ke tempat pemakaman yang berada tak jauh dari rumah nenek. Saat pemakaman, hanya tangisan yang terlihat. Setelah selesai pemakaman dan didoakan, aku mengusap Batu nisan paman dan mengucapkan selamat tinggal. Kami kembali ke rumah nenek, kami semua kaget karena tiba - tiba hujan deras. Aku berpikir

"Apa paman juga sedih meninggalkan kami?"

Tetapi kuhilangkan pikiranku itu, dan menganggap hujan ini adalah tangis kebahagiaan paman karena ia sudah tidak merasakan sakitnya dan sudah tenang bersama Tuhan. Sampai saat ini, setelah 2 tahun kepergian paman, aku selalu senang karena aku berpikir bahwa paman meninggalkan dunia ini setelah aku datang menemuinya. Jadi aku berpikir bahwa ia menungguku, sebelum Tuhan memanggil nya, tapi jujur dalam hati aku selalu merasa bahwa paman masih disini bersama -- sama dengan kami semua. 

Tiap malam sebelum aku tidur, pasti aku mendengarkan lagu -- lagu kesukaan paman yang membuat aku terkadang menangis mengingatnya. Tiap ada masalah baik itu masalah ayah dan ibu, masalah di sekolah, dan yang lainnya pasti aku selalu ingat paman. Terlebih tiap pergantian semester tiba, aku selalu menangis mengingat paman. Jujur aku sangat sayang paman, tapi Tuhan lebih menyayanginya maka dari itu Tuhan menjemputnya lebih dulu. Aku harus sukses untuk ayah, ibu, dan keluarga terutama paman!

06 -- 06 -- 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun