Mohon tunggu...
Angelina Togatorop
Angelina Togatorop Mohon Tunggu... Penulis - Pemula

@anglnnnn__

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kamu Kuat!

2 Februari 2020   13:18 Diperbarui: 2 Februari 2020   13:27 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi akhirnya aku memilih tas ransel berwarna pink bermotif kucing yang sangat kusukai. Paman membelikannya, dan membelikan satu tas lagi berwarna biru bermotif robot untuk adikku walau ia tak ikut bersama kami. Di perjalanan pulang, kami berhenti dan mampir ke minimarket untuk membeli camilan. Aku menginginkan eskrim, paman membelikan beberapa eskrim untuk kami semua. Tiba di rumah, adikku sangat senang dibelikan tas baru juga. Kami menyantap camilan dan eskrim yang dibeli tadi.

Hari natal tiba, kami pergi beribadah dan merayakan natal di gereja. Setelah selesai, kami mengunjungi rumah beberapa saudara yang ada di bandung. Ayah yang mengendarai mobil, aku duduk di pangkuan paman di kursi depan samping kursi ayah. Aku tidur terlelap saat perjalanan, tiba di rumah saudara aku digendong paman dan tetap dipangkuan paman. Cukup lama aku tidur, dan aku terbangun. Ayah, ibu, om, tante, paman dan saudara -- saudaraku menertawakan aku. Ya mereka menertawakan aku karena tertidur lelap sekali sampai sore tiba, aku pun ikut tertawa untuk menahan rasa malu. 

Malam tiba, kami pulang dan aku tetap duduk bersama paman. Menunggu malam tahun baru tiba, kami menjalani hari libur di rumah saja berbincang -- bincang. Malam tahun baru tiba, tepat pukul 12:00 pm ayah, ibu, dan paman bergantian berbicara yang dikenal dengan "Mandok Hata" yang merupakan tradisi khas suku batak menyambut malam pergantian tahun. Baik itu ucapan syukur, ucapan terima kasih, permintaan maaf dan lainnya. Aku hanya melihat mereka, walau aku tak mengerti karena bahasa yang digunakan tentu saja bahasa batak. Tapi aku tidak melihat mereka semua berbicara, karena aku tertidur.

Hari pertama di tahun yang baru, kami selalu mengunjungi rumah saudara untuk merayakan tahun baru bersama. Esok hari paman akan pulang ke bekasi dan kembali bekerja, aku murung tapi paman berjanji akan main lagi ke rumah bersamaku tiap liburan semester atau saat paman mendapat libur. Aku senang paman berkata begitu, aku memeluknya dengan erat. Karena esok ia akan pulang dan lusa aku kembali sekolah, paman membantuku membuat sampul buku dan menyiapkan peralatan sekolah lainnya. 

Setelah selesai semua masuk ke dalam tas sekolah, aku tidur bersama paman. Esok hari nya pagi sekali, paman hendak pulang dan aku dibangunkan ibu. Karena ibu takut aku akan menangis seperti waktu paman pulang tanpa memberi tahuku waktu itu. Aku memang anak yang cengeng, paman kaget melihatku bangun dan jalan dengan mata yang sedikit terpejam. Ia menertawakan aku dan langsung memelukku, ia pergi berangkat ke terminal diantar oleh ayah menggunakan sepeda motor. Aku kembali tidur, dan lagi -- lagi saat aku bangun aku murung karena merasa sepi walau ada adikku. 

Malam ini aku tidur cepat karena besok harus kembali ke sekolah, esoknya aku dan adikku pergi ke sekolah diantar oleh ayah. Aku pun menjalankan aktivitas seperti biasa.

Hari berganti, bulan berganti, tahun berganti, sama seperti sebelumnya ayah dan ibu terkadang masih bertengkar. Paman datang tiap libur semester, merayakan natal dan pergantian tahun bersama. Tapi berbeda dengan tahun ini, aku sudah berada di bangku kelas 3 SMP. Sudah pengumuman kelulusan, aku lulus dan mendapat peringkat ke 1 di kelas. Tapi belakangan ini aku sering murung, karena tahun lalu paman menikah dan semenjak itu paman jarang menemuiku. Jadi keterbalikan, tiap ada libur aku yang mengajak ayah pergi ke rumah paman. 

Semenjak menikah, paman jadi tinggal di bandung maka dari itu aku sering mengunjunginya tiap libur. Aku lebih murung tahun ini, karena semenjak awal tahun paman sakit, dan bolak -- balik rumah sakit. Semenjak satu bulan lalu memang paman tinggal di rumahku, agar bisa bergantian yang merawatnya. Tapi Tuhan berkehendak lain, kondisi paman semakin menurun sampai ia harus dirawat di rumah sakit.

Sudah satu bulan Paman dirawat, bahkan saat pertama kali paman dibawa ke rumah sakit ia sempat koma kurang lebih 5 hari lamanya. Setelah ia sadar dari koma, ia tetap harus dirawat di rumah sakit. Penyakit yang diderita pamanku adalah TBC, dan sayangnya ini baru diketahui pamanku baru - baru ini. Mungkin penyebabnya adalah pekerjaan pamanku yaitu menjadi supir truk yang mengantar barang dari kota ke luar kota , yang dimana pekerjaannya ini tak jauh dari polusi udara. Paman bercerita, dia mengira bahwa ia hanya batuk biasa dan biasa meminum obat - obatan di warung. Saat pertama kali mengetahui penyakit yang diderita pamanku, keluargaku tidak percaya dan sangat terpukul.

Hari ini bulan Juni, aku kembali bersama bibi ke rumah sakit. Aku membawa makanan masakan bibi untuk paman, dan membawa semacam minyak kiriman nenek dari Medan. Saat sampai di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan, kudapati paman terbaring lemah, infus ditangannya dan bernafas dibantu oksigen. Aku ingin menangis melihat keadaannya, tapi senyum tipis yang melingkar di wajahnya saat aku datang membuat aku menahan rasa sedih ku. 

Bibi duduk di samping belahan jiwanya itu, terlihat ia ingin menangis tapi ia tahan. Paman seperti hendak mengatakan sesuatu tapi tak bisa, memang semenjak Paman sadar dari koma ia sulit bicara. Ia hanya bisa menganggukkan kepalanya. Lalu, minyak kiriman nenek kuoleskan ke jari - jari tangan dan kaki paman. Kuusap tangannya lembut, dan Ia tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun