"Infusnya kayak udah habis ya, bibi panggil perawatnya dulu. Tunggu disini ya" ucap bibi.
Belum sempat menjawab, bibi telah pergi. Saat bibi kembali, tak ada seorangpun bersamanya.
"Mana perawatnya bi?" Tanyaku heran
"Mau kesini, disuruh tunggu aja" jawab bibi dan aku hanya mengangguk.
Ku alihkan pandanganku ke pintu kamar, dan kudapati ayahku yang hendak masuk. Ayahku melihat keadaan pamanku sekilas dan paman tersenyum, lalu ayah pergi keluar kamar entah kemana. Tak lama setelah ayah pergi, tiba - tiba paman kejang - kejang. Aku dan bibi panik, lalu aku diminta memanggil perawat dan ayahku. Aku lari dan berteriak memanggil perawat setelah kudapati perawat kuminta ia ke Kamar Michael. Lalu aku berlari lagi mencari ayah, berulang - ulang kulewati lorong rumah sakit tetapi ayah tidak kutemukan. Aku berlari ke tempat parkir, dan kudapati ayah disana.
"Ayah!" Teriakku sambil berlari mendekatinya, dan ayah menoleh ke arahku.
"Paman, paman kejang - kejang" ucapku tak jelas dengan mata yang berkaca - kaca
"Apa, kalo ngomong yang jelas!" Tegas ayah yang terlihat heran
"Paman kejang - kejang" teriakku dan akhirnya aku menangis.
Tanpa menjawab ku, ayah langsung lari menuju kamar paman disusul dengan aku yang berlari dibelakangnya. Sampai disana, kudapati bibi menangis dan berteriak. Saat kudapati paman, kulihat perawat mencabut alat bantu bernafasnya.
"Pamanmu udah gaada" ucap bibiku sambil menangis terisak - isak