Perbankan adalah industri yang diatur sangat ketat oleh regulator, terkait dengan prinsip kehati-hatian semua harus ditaati, jika tidak siap-siap saja dijatuhi sanksi. Namun sering kali terjadi peraturan tertinggal dari tuntutan pasar.
Sementara pesaing bank di segmen ritel hadir menawarkan kemudahan. Nasabah belajar dari pengalaman transaksi dompet elektronik, e-commerce atau fintech. Seluruhnya memberikan kemudahan, tidak direpotkan layaknya bank. Hasilnya nasabah membandingkan dan menuntut mengapa transaksi di bank tetap ribet?
Bank bingung menyikapinya, mau langsung mengikuti perkembangan tren pasar sesuai pengalaman nasabah tetapi takut sanksi regulator karena dianggap melanggar peraturan. Hal ini sudah sering dialami oleh bank di segmen ritel.
3. Peningkatan produktivitas dan efisiensi
Setiap bank pasti dituntut bisa meningkatkan penjualan dan produktivitasnya, dan dari sisi biaya kalau bisa ditekan serendah mungkin. Produktivitas dan efisiensi.Â
Nasabah ditawarkan produk berikut layanan ini itu, dirayu supaya mau menyimpan uang dan menggunakan fasilitas kredit. Senjata andalan yang ditawarkan adalah tingkat bunga khusus atau special rate.
Model nasabah ritel sangat mungkin dipengaruhi oleh bunga khusus dan gimmick macam suvenir, hadiah atau cash back. Akibatnya ongkos produksi produk menjadi lebih mahal, mau terus-terusan perang bunga dan cash back?
4. Konsentrasi nasabah terpencar
Bank berharap nasabah mengalokasikan seluruh dananya dan bertransaksi sepenuhnya menggunakan fitur yang disediakan? Sulit, justru nasabah masa kini cenderung memanfaatkan fasilitas dari banyak aplikasi.