“Pranggg..!!” terdengar suara piring kaleng terjatuh. Asalnya dari arah dapur. Seorang wanita paruh baya bergegas melihat kegaduhan tersebut.
“Astagfirullohhhh...Bedullll!! kenapa banyak darah Berceceran?! Tanganmu kenapa Dulll?!! Perempuan itu mendekati anaknya. Mendekap luka sayatan pisau ditangan kirinya yang masih mengeluarkan darah segar itu dengan kain lap dapur.
“Makk...!!itu kembang apa yang ada di penyaringan Emak?!” Bedul bertanya sambil meringis menahan sakit di tangannya. Namun emak tidak lantas menjawab. Ia menarik lintingan kain putih yang terikat lemah di pinggang anaknya itu.
“Apa ini Dul?!” emak tiba-tiba melotot pada Dul. Ia paham betul dengan obsesi anaknya itu. Terlebih setelah setahun bergabung dengan perguruan silat “Harimau Putih” pimpinan Sanusi Azhar yang tersohor seantero kampung. Anaknya jadi begitu berambisi dengan yang namanya kesaktian.
“astagfirullohalazimm....!!”emak kembali menyebut. Kali ini ia benar-benar marah pada anaknya itu.
“Musyrikkkk..Dulll!!...Musyrikkk...!!” emak menempeleng kepala Dul.
“Musyrikk bagaimana Mak?! Ini cuma kembang serehh..!!” Dul berkelit. Emak terlihat makin gemas dengan anak lelakinya itu. Namun emak mengerem kemarahannya. Emak memilih menasehati Dul dengan cara pelan.
“Le..!!..percaya sama kekuatan selain Gusti Alloh itu Musyrikk! Dosa besar, Le..!! Mau itu kembang sereh, keris, batu cincin, apalagi kepada setan dan Jin! Amit-amit Le..!! istigfar!! istigfar!! Lagipula ini bukan kembang sereh tolee..!! ini kembang kunyit!! barusan emak petik minta di kebun belakang rumah mbah Sumi buat pepes ikan kesukaan bapakmu”.
Bedul diam menunduk. Ia tak berani menatap wajah emaknya. Entah karena malu telah salah mengenali kembang atau memang karena ia tahu kalau emaknya sedang sangat marah padanya.
-----o0o-----
Depok, 31 Desember 2015