Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembang Sereh

31 Desember 2015   14:34 Diperbarui: 5 Januari 2016   13:17 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“eh Muji! bukannya kau punya kucing di rumah?!

“iya, tapikan jantan Wan. Mana bisa beranak! Lagian emang kamu pernah memergoki kucing mau beranak?! Iwan menggeleng. Muji melihat ke arah Bedul. Ia pun menggeleng. Mereka kemudian saling pandang kembali. 

“Baiklah, bagaimana dengan yang terakhir Mir?! Apa tadi?!”

“kembang Serehh...!” sambar Bedul.

“ohh iyaa..!!” namun sebelum Amir lanjut bercerita. Bedul sudah lebih dulu melemparkan sebuah pertanyaan. 

“sudah ada yang pernah melihat pohon sereh berkembang?!” tatapan Bedul menghampiri satu-satu mata kawannya itu. Pertama Iwan menggeleng, lalu Muji dan terakhir Amir sendiri.

“Nahhh! sebagaimana tali pocong dan ari-ari kucing, kembang sereh juga mustahil untuk didapatkan!” lanjut Bedul puas. Ia mengulum suara tawanya sendiri. Ia merasa baru saja berhasil mematahkan rasa antusias dan penasaran teman-temannya itu. Bedul kemudian berdiri. Namun iwan lanjut bertanya padanya. 

“Memang apa kesaktian dari kembang sereh, Dull?!” 

“Sesakti ajian pancasona!” jawab Bedul sambi lalu. Ia melangkah meninggalkan Iwan dan Muji yang masih saling pandang dengan mulut menganga. Mereka begitu terkesima dengan kesaktian kembang sereh yang baru saja dilontarkan oleh Bedul. 

Langit mulai gelap. matahari sebentar lagi tenggelam. Sayup – sayup terdengar suara katak dari ujung petak sawah yang berada di sebelah barat kumpulan pohon jambu tempat mereka berteduh. Iwan, Muji dan Amir bergegas menyusul langkah Bedul. Mereka segera kembali ke rumah.   

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun