Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembang Sereh

31 Desember 2015   14:34 Diperbarui: 5 Januari 2016   13:17 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ohh, jadi maksudnya kalau jagoan pembela kebenaran seperti Jakabaruna ilmunya pancasona, sedangkan kalau penjahat seperti Reksadipa ilmunya rawe rontek, begitu?!”

“Tepatt!!” Amir dan Iwan kompak menjawab. 

Amir tiba-tiba memperagakan salah satu jurus silat. Tatapannya tajam, menancap bergantian pada mata teman-temannya. Mukanya gahar. Badannya mengeras dan gemetar. Bedul nampak serius. Muji dan Iwan sedikit ketakutan. Amir kemudian mematung dengan posisi tangan siap mencakar. Sedangkan wajahnya telah menunduk dengan mata terpejam. 

Amir cukup lama tak bergerak. Teman-temannya saling pandang. Tiba-tiba saja suasana begitu hening. Lamat-lamat terdengar suara harimau meraung dari mulut Amir. Sontak membuat Bedul dan yang lainnya bangkit memegangi tubuh temannya itu. 

“Mir! Amirrr...sadarrr!!” Bedul menepuk-nepuk punggung Amir. Sementara Muji dan Iwan sigap memegangi kedua tangan Amir. Amir tetap meraung. Badannya makin kaku dan gemetar. Urat-uratnya menyembul seiring tarikan nafasnya yang begitu dalam. Muji dan Iwan memandang Bedul dengan muka ngeri. Memintanya untuk segera menyadarkan Amir dengan cara apapun. 

“Plakkk...!!” Bedul mengelepak kepala Amir dengan sangat keras. Namun Amir tetap bergeming. Bahkan raungannya semakin keras. Bedul kembali mengelepak kepalanya, bahkan lebih keras. Ia mengelapak hingga tiga kali. Setelah itu Amir baru tersadar. Tubuhnya kembali lemas. Harimau telah pergi dari tubuhnya. Muji dan Iwan menghela nafas lega. 

“belajar dari mana sih ilmu begituan?!” tanya Bedul kesal. Amir tak menanggapi pertanyaan Bedul. Ia terlihat bingung dan masih belum sadar betul dari kerasukannya. Namun meski begitu nampaknya ia menyadari apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Amir sudah sering mengalami kerasukan jurus harimaunya sendiri. Bedul kembali mengulang pertanyaannya. 

“Memang kalian tak diajarkan sama bang Sanusi?!” Amir balik bertanya pada teman-temannya

“ilmu harimau?!” Sahut Iwan

“iya, Maung panjalu!” tegas Amir

“tidak! Kami baru belajar kuda-kuda saja” jawab Muji dengan nada heran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun