Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] Grandi Navi Veloci

25 November 2015   11:48 Diperbarui: 26 November 2015   10:53 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan aku juga kembali menebak. Bahwa dari kata “Grandi” lah nama panggilanku berasal. Entahlah aku tak dapat memastikan semua terkaanku itu. Penjelasannya sudah terkubur bersama jenazah ibuku. Aku tak mungkin menggalinya kembali.

***

Nampaknya Gie, kepergianmu telah membuka kembali kotak kecil tempatku menyimpan perasaan itu. Ia memang selalu terbuka. Terutama saat aku tak bisa menangisi kepergian orang-orang yang ku sayangi. Ya kau tentu saja tahu kalau aku begitu menyayangimu bukan? Namun kali ini kotak itu tidak hanya sekedar terbuka. Ia juga terangkat kepermukaan hatiku Gie. Dan mengingatkan kembali aku pada kepergian Ibu. Sebagaimana aku pada kepergiannya. Aku juga tidak menyukai kepergianmu Gie. Namun tangisanmu malam itu. Menyadarkan aku kembali. Tentang siapa dirimu, aku dan semua kekacauan ini.   

Aku bukanlah orang yang berhak atas cintamu. Aku hanyalah seorang pecundang. Yang datang merusak cinta kalian. Ya cinta kau dan Rheinara, Gie. Rheinaralah yang paling berhak atas hatimu. Setelah semua yang terjadi padanya. Aku mungkin tak pantas untuk dimaafkan. Aku hanya berharap, semoga masih memiliki waktu untuk bisa memperbaiki kekacauan ini. Memperbaiki hubungan kalian. Dengan begitu setidaknya aku bisa memaafkan diriku sendiri.

Gie, sebagaimana yang telah kukatakan padamu, bahwa James yang biasa mereka panggil Mr J itu adalah orang dibalik konspirasi ini. Aku memang turut campur di dalamnya. Namun percayalah Gie, semua itu atas perintahnya.

Jika saja James tak mengetahui tentang lamaranmu pada Rhein. Barangkali ia tak akan jadi segila ini. Ya Gie, James. Tidakkah kau mengerti. Kenapa ia begitu bersedia berinvestasi besar di perusahaan mu itu. Mempertaruhkan uangnya pada usahamu yang jangankan sukses, bisa bertahan saja masih belum pasti. Atau saat ia memintamu untuk merahasiakan identitasnya. Kemudian menempatkannya sebagai manager di sana. Tidakkah kau mengerti Gie?. Aku beri tahu padamu. Dia sedang mengincarmu Gie. Dia mengincar ketampananmu.

Lalu bagaimana dengan diriku?! Bagaimana mungkin seorang karyawan baru sepertiku ini bisa bekerja di kantormu tanpa ada proses rekrutmen sebagaimana biasa kau lakukan pada karyawan lainnya? Jelas Gie, James sedang menggunakan kuasanya di kantormu. Dan kau rupanya benar-benar tidak menyadari itu.

Jika saja kau tahu. Sudah pasti kau akan menolak menuruti perintahnya untuk pergi ke London. Mengurusi beberapa masalah perusahannya di sana. Aku juga tahu Gie, kau diminta untuk merahasiakan kepergianmu bukan?! Bahkan kepada Rhein sekalipun. Kau tidak tahu bahwa James saat itu sedang mengisolasimu dari Rhein?!

Saat kau mulai menghilang. James menempatkanku di sebelah meja Rhein. Saat itu Gie, peranku baru saja dimulai. Dan aku tahu kalau James mulai membisikan padamu informasi tentang kedekatanku dengan Rhein bukan? Dan akhirnya kau percaya Gie. Bahwa kami telah memiliki affair. Dan sayangnya kau begitu saja mengikuti kata-kata James. Terlebih saat memutuskan untuk benar-benar menghilang dari Rheinara. Dengan alasan untuk melihat kedekatanku dengan Rhein secara diam-diam.

Sampai akhirnya aku membawamu kembali pada Rhein. Bukan untuk mengembalikanmu padanya. Melainkan sebagai awal untuk James mulai memainkan dramanya. Aku tak sepenuhnya menyalahkan ketidaktahuanmu itu Gie. Jika saja aku jadi dirimu. aku juga pasti akan mempercayai semua perkataanya. Seperti yang telah kau lakukan itu. Bagaimana tidak, bisa dibilang ia adalah Bos besarmu.

Seandainya saja kau lebih membuka mata pada cinta Rhein daripada perusahaanmu. Barangkali kegilaan James tak kan pernah menyentuh kebahagiaan hidupmu Gie. Setahuku Bukankah alasanmu mendirikan perusaahn itu hanyalah untuk Rhein? Namun Ironisnya ambisimu pada perusahaan itu malah membuat hatimu meragukan kesetiaan Rhein.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun