Tinus meletakan dagunya diatas meja, jemarinya lemah memutar-mutar memainkan pensil. Semangatnya tiba-tiba menguap. Mamak segera menyiapkan lampu minyak. Diletakannya lampu kaleng-sumbu tersebut diatas meja tempat Tinus belajar. Tinus berusaha fokus memperhatikan lembaran demi lembaran buku soal-soal yang dipinjamnya dari sekolah. Sesekali ia mengucek matanya. Sebelah kanan-kiri bergantian. Temaram cahaya lampu minyak membuat mata Tinus bekerja lebih berat dari biasanya. Membuat lelah lebih cepat datang. Mengundang rasa kantuk.
Tinus tetap belajar. Meski matanya terasa berat. Merah-berair karena dipaksakan. Ia tetap bertahan. Sekuat tenaga ia berusaha melawan rasa kantuknya, yang sudah mencapai tingkat keparat. Sesekali kepalanya jatuh kedepan, seperti orang mengangguk. Namun lekas tegak kembali. Sebelum akhirnya ia terkulai tak berdaya diatas meja. Tertidur.
***
Perlombaan adu tangkas sepuluh menit lagi akan dimulai. Tinus bersama dua rekan grupnya sudah siap duduk ditempat yang disediakan. Didepan meja yang tertutup kain bermotif khas daerah itu tertempel kertas bertuliskan “Bintang Laut”. Meja dewan juri berada dihadapan ketiga grup yang siap bertanding.
Perlombaan berjalan ketat. Susul meyusul nilai antar grup tak bisa dihindari. Peta kekuatan ketiga grup nampak seimbang. Jelas mereka memang murid-murid pilihan. Tinus dengan sigapnya mengangkat tangan, melahap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pemandu acara. Khusus mata pelajaran fisika dan matematika. Ia memang jagonya.
Grup lawan giliran gantian merebut beberapa point. Terutama saat pertanyaan-pertanyaan bidang ilmu sosial dan sejarah mulai memberedel para peserta. Diikuti dengan bidang ilmu biologi dan pendidikan moral. Perlombaan begitu meriah. Yel-yel dukungan dari sekolah masing-masing bergantian menggaung. Sorak sorai terdengar bagai genderang yang ditabuh dimedan perang.
Tiba pada pertanyaan terakhir. Sebuah pertanyaan penentuan. Papan nilai disamping tenda memperlihatkan telah terjadi perolehan skor seimbang pada dua grup. Yaitu grup Kutikula dan Bintang laut. Sehingga dewan juri memutuskan untuk memberikan satu pertanyaan rebutan.
“ini pertanyaan fisika” pemandu acara memberitahu peserta. Suaranya memecah kesunyi-tegangan yang merasuk diantara para peserta dan penonton. Tinus menegakan sikap duduknya. Ia memiringkan sedikit kepalanya. Mengarahkan salah satu lubang telinganya kesumber pengeras suara. Ia bersorak kegirangan dalam hati. Bidang pertanyaan yang tepat untuknya. Kepercayaan diri Tinus kian besar.
“Pertanyaannya adalah.., anak-anak tolong disimak baik-baik!” pemandu acara menghimbau peserta. Sebuah himbauan yang membuat para peserta dan penonton terlihat makin tegang. Sesekali ia memukul-mukul kepala mikrofon. Memastikan pengeras suaranya dalam keadaan baik. Tinus berkonsentrasi, telinganya sigap siap menangkap segala pertanyaan yang akan keluar dari arah pengeras suara tersebut.
“Hukum Coulomb dalam ilmu fisika menjelaskan tentang: besarnya gaya yang dapat ditimbulkan antara dua benda bermuatan sebanding dengan kedua muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua muatan tersebut.”
“gaya apakah yang dimaksud?!!”