“kau tau bagaimana petugas-petugas listrik memeriksa kabel-kabel itu Tinus?!
Tinus menjawab dengan gelengan kepala.
“mereka akan menyusurinya dari pangkal hingga ujung. Dari sawah hingga gunung. Dari pagi hingga malam. Kadang mereka harus menerima resiko tersengat listrik. Belum lama pegawai Bapak meninggal tersengat listrik ketika sedang memperbaiki jaringan. Bapak selalu mengingatkan akan pentingnya keselamatan bekerja.”
Tinus terdiam. Ia tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia baru mengerti setelah Bapak Manajer menjelaskan semuanya.
“Belajarlah yang rajin Tinus!, agar kau menjadi orang pandai” pak Manajer menasehati Tinus, sebelum akhirnya menurunkannya dipinggir jalan.
***
Mamak sudah menunggu didepan rumah. Kecemasan begitu kental terlihat diwajahnya. Tinus terlihat diujung padang. Langkahnya gontai. Mamak kemudian menjemputnya. Ia melihat sebuah raut diwajah anaknya tersebut. Antara kalah dan lelah. Ia seperti habis mengembara melewati perjalanan jauh. Segera Mamak memeluknya erat.
“Tinus, kau tetap juara buat Mamak Nak!” Mamak berusaha menguatkan Tinus.
Tak berapa lama Tinus melepaskan pelukan Mamaknya, kemudian menatapnya.
“Mamak, Martinus ingin jadi Pegawai Listrik..!”
“Tinus ingin menerangi rumah, desa dan seluruh Indonesia”