Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mutiara Keluarga, Ibu dan Kesabarannya

11 Juni 2024   05:35 Diperbarui: 11 Juni 2024   05:50 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang ibu yang sedang mengayam ditemani sang anak (mahasiswaindonesia.id)

Di sebuah desa kecil yang terpencil, hiduplah seorang ibu bernama Siti bersama ketiga anaknya. Mereka tinggal di sebuah rumah panggung yang sederhana, berdinding kayu, dan beratapkan rumbia. 

Kemiskinan telah menjadi teman akrab keluarga ini sejak kepergian suaminya dua tahun yang lalu. Meskipun demikian, Siti selalu berusaha tersenyum dan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Setiap pagi, Siti bangun lebih awal sebelum matahari terbit. Ia memulai harinya dengan berdoa, memohon kekuatan dan keberkahan agar bisa melalui hari itu dengan baik.

Setelah berdoa, ia segera memasak bubur jagung sederhana untuk sarapan anak-anaknya. Bubur itu adalah satu-satunya makanan yang bisa mereka nikmati setiap pagi.

Anak sulungnya yang bernama Rina selalu membantu ibunya setelah bangun tidur. Walau usianya baru sepuluh tahun, Rina sangat mengerti kondisi keluarga mereka. Ia tahu bahwa ibunya membutuhkan bantuan, dan dengan ikhlas ia selalu siap membantu apa saja yang bisa dilakukan.

"Bu, Rina sudah bangun. Hari ini kita mau ke mana?" tanya Rina sambil mengusap mata yang masih mengantuk.

Siti tersenyum dan mengelus rambut Rina. 

"Hari ini kita akan pergi ke ladang, Nak. Kita harus memetik sayuran dan buah-buahan untuk dijual di pasar besok."

Siti dan Rina memulai perjalanan ke ladang yang jaraknya cukup jauh dari rumah mereka. Dengan membawa keranjang bambu yang besar, mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang berbatu. 

Sepanjang jalan, Siti terus mengajak Rina berbicara, menceritakan kisah-kisah inspiratif tentang kesabaran dan kerja keras.

"Tahukah kamu, Rina? Kesabaran itu seperti menanam pohon. Pada awalnya, mungkin kita tidak melihat hasilnya, tapi jika kita terus merawatnya dengan baik, suatu hari nanti pohon itu akan berbuah lebat," kata Siti dengan lembut.

Rina mengangguk, memahami makna kata-kata ibunya. Di ladang, mereka bekerja tanpa mengenal lelah. 

Tangan Siti yang kasar dan berkeriput terus memetik sayuran dan buah-buahan, sementara Rina mengumpulkannya ke dalam keranjang.

Di sore hari, mereka pulang dengan keranjang penuh hasil panen. Meskipun tubuh mereka lelah, hati mereka penuh dengan rasa syukur. 

Sesampainya di rumah, mereka segera menyiapkan makan malam sederhana dari hasil ladang mereka.

Ketiga anak Siti makan dengan lahap, sementara Siti sendiri lebih sering tersenyum melihat anak-anaknya makan daripada menyuap makanan ke mulutnya.

Malam harinya, setelah anak-anaknya tidur, Siti duduk di teras rumah. Ia memandang langit yang dipenuhi bintang sambil merenung. 

"Ya Allah, berikanlah aku kekuatan untuk menghadapi semua ini. Aku hanya ingin anak-anakku bahagia dan tidak kekurangan," bisiknya dalam hati.

Hari demi hari berlalu, dan hidup mereka terus berjalan dengan segala kesederhanaannya. 

Suatu hari, ujian berat datang menghampiri. Hujan deras turun tanpa henti selama berhari-hari, menyebabkan banjir yang merusak ladang mereka. 

Siti hanya bisa melihat dengan perasaan sedih saat air merendam semua tanaman yang sudah susah payah mereka rawat.

Rina yang melihat ibunya menangis untuk pertama kalinya merasa sangat sedih. 

"Ibu, kita harus bagaimana sekarang?" tanyanya dengan suara gemetar.

Siti mengusap air mata di pipinya dan mencoba tersenyum. 

"Kita harus sabar, Rina. Allah pasti punya rencana untuk kita. Jangan khawatir, kita akan menemukan cara lain untuk bertahan."

Dengan semangat yang baru, Siti mulai mencari pekerjaan sampingan untuk mendapatkan uang. 

Siti menjahit baju, membuat anyaman, dan melakukan apa saja yang bisa mendatangkan penghasilan. 

Tetangga-tetangga di desa juga sering membantu mereka dengan memberikan makanan atau pekerjaan ringan.

Kesabaran dan ketekunan Siti akhirnya membuahkan hasil. Perlahan-lahan, mereka mulai bangkit kembali dari keterpurukan. Walaupun tidak mudah, Siti selalu berusaha menunjukkan kepada anak-anaknya bahwa mereka harus tetap bersyukur dan tidak pernah menyerah.

Suatu hari, Siti mendapat tawaran untuk menjahit seragam sekolah dari seorang donatur yang terkesan dengan kerja kerasnya.

Tawaran itu datang pada saat yang tepat, dan Siti dengan senang hati menerimanya. Ia bekerja siang dan malam untuk menyelesaikan pesanan tersebut. Ketika akhirnya selesai, donatur itu memberikan bayaran yang cukup besar.

Dengan uang itu Siti bisa memperbaiki ladang mereka dan membeli beberapa kebutuhan pokok. Ia juga menyimpan sebagian uangnya untuk pendidikan anak-anaknya. 

Rina yang selalu membantu ibunya, merasa sangat bangga dan berjanji akan belajar dengan giat agar bisa membalas semua pengorbanan ibunya.

Waktu terus berlalu, dan perlahan tapi pasti, kehidupan keluarga Siti mulai membaik. Mereka tidak lagi hidup dalam kemiskinan yang sangat parah, meskipun tetap sederhana. 

Rina dan adik-adiknya bisa bersekolah dengan tenang, dan Siti terus bekerja keras untuk memastikan anak-anaknya mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Satu hal yang tidak pernah berubah adalah kesabaran dan keteguhan hati Siti. Ia selalu percaya bahwa setiap cobaan pasti ada hikmahnya, dan setiap usaha pasti akan membuahkan hasil jika dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Pada suatu malam, saat mereka duduk bersama di depan rumah, Rina memeluk ibunya erat-erat. 

"Bu, Rina janji akan selalu belajar dengan giat dan tidak akan mengecewakan ibu," katanya dengan mata berbinar.

Siti tersenyum dan mencium kening Rina. 

"Ibu tahu, Nak. Ibu selalu percaya padamu dan adik-adikmu. Ingatlah, kesabaran dan kerja keras adalah kunci keberhasilan kita."

Dalam kesederhanaan dan segala keterbatasannya, Siti telah menunjukkan bahwa kesabaran adalah kekuatan yang tak ternilai. 

Melalui cobaan dan kesulitan, ia terus berjalan dengan penuh keyakinan bahwa masa depan yang lebih baik pasti akan datang.

Dan pada akhirnya, kesabaran dan keteguhan hatinya berhasil membawa keluarganya keluar dari jurang kemiskinan, menuju kehidupan yang lebih baik dan penuh harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun