Rina mengangguk, memahami makna kata-kata ibunya. Di ladang, mereka bekerja tanpa mengenal lelah.Â
Tangan Siti yang kasar dan berkeriput terus memetik sayuran dan buah-buahan, sementara Rina mengumpulkannya ke dalam keranjang.
Di sore hari, mereka pulang dengan keranjang penuh hasil panen. Meskipun tubuh mereka lelah, hati mereka penuh dengan rasa syukur.Â
Sesampainya di rumah, mereka segera menyiapkan makan malam sederhana dari hasil ladang mereka.
Ketiga anak Siti makan dengan lahap, sementara Siti sendiri lebih sering tersenyum melihat anak-anaknya makan daripada menyuap makanan ke mulutnya.
Malam harinya, setelah anak-anaknya tidur, Siti duduk di teras rumah. Ia memandang langit yang dipenuhi bintang sambil merenung.Â
"Ya Allah, berikanlah aku kekuatan untuk menghadapi semua ini. Aku hanya ingin anak-anakku bahagia dan tidak kekurangan," bisiknya dalam hati.
Hari demi hari berlalu, dan hidup mereka terus berjalan dengan segala kesederhanaannya.Â
Suatu hari, ujian berat datang menghampiri. Hujan deras turun tanpa henti selama berhari-hari, menyebabkan banjir yang merusak ladang mereka.Â
Siti hanya bisa melihat dengan perasaan sedih saat air merendam semua tanaman yang sudah susah payah mereka rawat.
Rina yang melihat ibunya menangis untuk pertama kalinya merasa sangat sedih.Â