Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] Ismail the Forgotten Arab [bagian 26]

6 Oktober 2017   07:27 Diperbarui: 6 Oktober 2017   09:02 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senapan tersebut sudah berjasa untuk membantu kami sehingga kami tidak terkalahkan. Namun dengan adanya Gurkha itu kami juga tidak tahu seberapa kuatnya mereka. Bunyi peluit kencang lagi dari arah kubu Australia. Itu bukan peluit namun peluit yang medatangkan kematian. Kami harus berjuang dengan sisa tentara. Akankah kami bertahan?  Peluru, Alhamdulillah masih banyak sebab Mulazim sudah menghitung dengan cermat berapa peluru yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kalau peluru nantinya lebih maka bisa mereka gunakan untuk perang lainnya. Ia pandai menghitung persediaan dibanding yang lain. Sistem kerja yang dirancang Mulazim rapi sekali.

Aku tahu prajurit Gurkha kemarin datang. Mereka sudah membentuk barisan dan terlihat dari serham mereka bukan hanya bertopi Cowboys namun ada juga yang menggunakan tutup kepala Gurkha. Aku melihat ada orang Asia dalam Kesatuan Austatlia mungkinkah ia seorang sniper aku harus melihatnya terlebih dahulu. Biasanya mereka akan menyerang begitu bunyi peluit namun aku tidak melihat mereka menggunakan hal yang seperti itu. Mereka nampaknya menambah tenaga ada juga untuk menyerang kami. Aku melihat hujan saja satu lapis namun dua lapis. Mereka tampak mengganas dan aku tidak melihat komandan mereka namun ia pasti akan muncul.

Ya, ia komandan dari pihak Australia yang selama ini selalu menyerang kami dan ia berikan ganas dengan kumisnya yang tipis melintang membawa revolver yang diacungkan. Ia mengambil peluit dari kantongnya dan memasukkan ke bibirnya. Bunyi peluit horor itu terdengar bersahutan . Mereka berteriak namun Mereka belum menyerang. Mungkin ini cara mereka pemanasan sebelum mereka berperang. Ada yang menari sambil menjulurkan lidahnya untuk memprovokasi teman-temanku. Aku tahu mereka sudah turun moralnya dan demi meriah moral lagi mereka menari. Padahal apa yang mereka lakukan percuma saja karena tidak bisa menembak. Hati mereka jumawa sekali tampaknya.

Mereka mulai lagi bersorak. Kami pun tidak mau kalah kami kumandangkan takbir oleh  Sinan. Kami semua menanggapi takbir itu dan ingin menggetarkan mereka. Mereka berteriak lagi ketiga kalinya dan mereka bersorak. Kami tidak mau kalau dan bertakbir. Aku rasa mereka akan kalah hari ini.

Kami mendengar lengkingan bunyi mortar dari arah Pasukan Australia. Kami langsung berteriak dan keluar dari parit. Senapan mesin kami langsung menyapu barisan pertama tanpa ampun. Aku membidik beberapa prajurit dan mereka terjatuh terkena tembakanku.

Mereka berjumlah banyak sekali dan seperti tidak kehabisan mereka menyerang kami.

Kami sudah lelah menembakkan peluru dan mereka terus merangsek dan sebelah saya yang bernama Ibnu tertembak dan kubu  kami berkurang satu senapan. Senapan mesin menyalak dan setelah beberapa kali senapan tersebut memerlukan peluru kembali. Laju Mereka makin mendekat saja. Mulazim turun tangan mengambil Senapan Ibnu Malik yang tertembak. Ia juga menghalau serangan musuh.

Kini aku melihat kecepatan orang Gurkha yang menyerang. Aku sangka mereka pasti akan masuk dalam waktu yang tidak lama lagi. Jarak mereka sudah 50 meter.

Senapan mesin belum siap jua. Akhirnya terpasang setelah dua menit dan senapan mesin segera menyapu orang yang sudah ada di depan. Aku sedikit bernafas lega namun jatuhnya sebagian pastikan mereka tidak menghentikan pasukan lainnya yang merangsek maju terus.

"Mulazim , aku pikir kita mundur dan kita sudah terdesak"

"Jangan nanti merebutnya lagi akan lebih sulit lagi karena Mereka akan menempatkan pasukan di sini"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun