"Benar, kau tidak salah. "
"Apakah banyak Muslim di sana dan bagaimana kau sampai ke sini?"
Aku menceritakan bagaimana bisa sampai ke sini. Setelah lima menit mengobrol, Â Iapun langsung memohon diri karena banyak surat yang ia antarkan. Ada surat yang berasal dari India, Hijaz dan bahkan di pedalaman Afrika Nigeria. Mereka berjuang untuk membantu mempertahankan negeri ini dari invasi kolonilisme. Tidak ada perbedaan kulit dan di sini yang kita bela adalah persamaan.
Tibanya aku membaca surat dari abang Ibrahim . Aku membuka halaman dari surat yang tebal. Aku mengingat tulisannya sangat rapi di tulis dalam aksara arab melayu. Ia menceritakan keadaan ayah mereka. Ayah mereka bisa menerima dan ia selalu  mendoakannya dalam keadaan yang baik-baik saja. Ibu meski bersedih sebenarnya dengan kepergianku namun pada akhirnya bisa menerima dan ia selalu medoakan untuk yang terbaik bagi dirinya. Ismail menjadi senang dengan hal demikian dan Ia berharap ibunya medoakan.
Ibu bahkan ingin berkunjung menemui Bibi Fatimah yang sudah sekitar puluhan tahun tidak ketemu. Apakah Bibi Fathimah masih cerewet seperti dulu? Aku sempat tertawa dengan hal itu Tetapi saya pikir itu adalah ciri khas bibi Fathimah.
Ibrahim juga menceritakan usaha Bibi Fatimah untuk melamar Aisyah putri paman Muchtar yang ke sana. Ibu berharap Ismail ikhlas bukan ke Turki tidak mengejar Paman Muchtar Saja.
Mengenai sapi-sapi mereka terus berkembang dan perlawanan di Aceh tinggal tersisa sedikit. Para anggota perlawanan seolah sudah kalah. Pasukan Belanda sudah menempatkan banyak pasukan dan perdagangann seluruhnya dikontrol oleh Belanda. Kita bisa  apa lagi mereka yang menentukan apa saja yang bisa diperdagangkan dan bertindak semena-mena.
Sepertinya api pelawanan sudah padam di negeri ini karena begitu kuatnya pengaruh Belanda. Aku tahu bahwa ternyata bukan orang Belanda melainkan dari negeri seberang yang kebanyakan adalah orang Asia juga. Mereka hanya berada di pihak Belanda dan katanya mereka muslim juga namun mereka pasti tidak tahu mengamalkan ajaran Islam. Kalau mereka mengamalkan ajaran Islam pasti mereka tidak bekerja untuk kolonial Belanda. Hidup memang bisa memilih namun mereka memilih untuk menjadi prajurit kolonial.
Aku tahu dari mereka adalah orang yang pernah menghancurkan Kesultanan muslim di tempat kelahirannya. Mereka hanya bekerja demi uang dan sepotong tanah yang kecil. Kadang mereka lebih kejam dari Belanda itu sendiri dan haus darah. Semoga engkau cepat kembali dan kau harus berjuang dengan kuat tenaga. Semoga Allah akan menolongmu untuk menggapai cita-citamu saudaraku. Begitulah suratnya yang ditutup dengan salam.
Aku menggulung suratnya dan merasaka kerinduan dari saudara dan orang tuaku. Banyak hal yang aku inin tanyakan seperti  kabar Yakub atau kabar mengenai paman-pamanku. Apakah sapi kini menjadi bertambah banyak atau Belanda semakin merajalela.
Aku ingin membalas surat tersebut tapi aku pikir nanti. Hanzhalalh melaporkan ada pergerakan pasukan. Orang yang masuk dalam pill box yakni Tuncay dan Ibnu Malik segera menyiapkan senapan mesin infantri dan sudah memuntahkan ratusan peluru dalam menit.