Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] Ismail the Forgotten Arab [Bagian ke -25]

29 September 2017   09:23 Diperbarui: 29 September 2017   09:24 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku pikir ia masih didepan. Kopral kau bisa mencarikan orang tersebut untukku?"

Aku langsung bergerak ke tempat yang lain dan mau mereka aku berada dibawah dan aku khawatir juga kini ketakutanku melebihi dari yang pernah terjadi pada hatiku. Tentu saja saya tidak bisa menolak perintahnya karena saya sudah bertanggung jawab dengan para pejuang ini.

Ia mencoba mengambil nafas dalam dan langsung melihat. Tidak ada orang yang berada di dalam tempat tersebut aku melihat seorang yang hendak menembak dan aku mengantisipasinya dengan menembak. Beberapa prajurit lainnya segera keatas dan mereka membalas tembakan musuh. Tembakan musuh tersebut mendarat ke mereka. Terjadilah pertarungan bedil antara kedua pasukan. Di pasukan Australia sudah terdapat satu regu yang memberondongkan senapannya.

Mulazim Ilham berpikir percuma jika melanjutkan perang dan akan menghabiskan amunisi saja . Ia memerintahkan untuk menghentikan tembakan hingga akhirnya mereka menyadari bahwa pasukan kami sudah tidak melayaninya. Untung saja kontak senjata tidak menambah korban di pihak kami. Tetapi aku yakin juga mereka tidak terkena tembakan. Hanya peluru yang habis dan kami terus memantau pergerakan kalau mereka mengadakan manuver lagi.

"Aku rasa mereka bukan sniper namun prajurit Australia yang iseng", kataku

"Mungkin saja meraka ada di sana dan bersembunyi untuk sebentar lagi mereka akan membunuh seluruh pasukan kita. Aku tidak mau berspekulasi jika menyangkut nyawa kita. Sebaiknya kita sekali waspada. Kau tahu bahwa mereka juga menembak  Jengis dan aku khawatir sebaiknya kau mulai mencoba untuk menyerang dengan senapan  sniper"

"Aku rasa Mausser biasa kita bisa gunakan untuk menyerang mereka. Aku pun bisa dan kita tempatkan pasukan yang tembakaanya paling jitu'"

"Kau bisa membagi apa yang  kita harus kerjakan sekarang?"

"Aku khawatir kita tidak mempunyai pasukan yang bisa menembak jitu karena kita semua volunteer. Tetapi akau akan mencari tahu mengenai hal ini"

Aku langsung beringsut ke hadapan mereka dan menanyankan siapa yang pernah mendapatkan pelatihan menembak jitu. Sayangnya belum ada yang menyatakan kesediaan untuk bekerja sebagai penembak jitu. Ini riskan sekali karena jangankan prajurit biasa yang penembak jitu saja pasti sudah mampu dikalahkan. Aku menunggu saja kalau tidak ada terpaksa aku saja yang maju untuk menghadapi penembak jitu

Aha. Kenapa lupa ada Abdullah the terrible, si sniper yang jago tersebut. Kau harus membicarakan hal ini pada Mulazim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun