25 Desember 1916
Sudah ada tanda bahwa pasukan musuh akan menarik diri dari Galipoli. Mereka sudah tidak akan mampu lagi untuk berperang karena kegigihan pasukan Utsmaniyyah yang tidak hanya didukung oleh Bangsa Turki itu sendiri melainkan dukungan dari Arab, Kaukasus, Circasssia, Lazza, Zazza, Oseettia, Abhkazia dan beberapa suku yang lainnya.
Tampak di kubu Australia juga akan ada persiapan untuk menarik pasukannya meski tembakan terus berbunyi. Komandan Batalion Turki segera bertemu ke komandan pasukan Australia. Ia menawarkan gencatan senjata selama hari Natal. Pasukan Australia sangat bangga dengan hal itu. Â Mereka menghormati keputusan dari panglima Batalyon kami untuk menghentikan serangan selama hari Natal yang suci bagi mereka.
Aku pikir ini hal yang positif juga menghormati mereka namun tentu bukan maksudnya untuk ikut merayakan hari besar mereka. Kita juga bisa mengumpulkan beberapa kekuatan atau menaruh posisi pasukan ke tempat yang stratgeis namun kami berjanji tidak akan menembakkan sebutir pelurupun kecuali mereka duluan yang mengeluarkan tembakan.
Tampaknya dari kubu mereka sepi sekali. Aku turut dalam rombongan komandan Batalyon menemui komandan Batalyon Australia di tengah arena perang. Mereka memberi hormat dan kami juga memberi hormat. Pasukan Turki langsung menawarkan gencatan senjata . Oh ya, pada saat itu aku membawa bendera putih sebelum pertemuan.
Untuk hal yang jarang kami semua beristirahat namun bukan berarti semuanya beristirahat karena tetap saja ada orang yang berjaga. Kali ini Abul Khoir cs sedang mengawasi dan nantinya akan digantikan oleh pasukan yang lain.
Saya yakin perang sudah berakhir namun  nantinya mereka mau kemana pasukan Australia pasti mereka dan tuannya Inggris mempunyai strategi tertentu untuk menghancurkan kami. Pekerjaan ini sudah ratusan tahun mereka tekuni.
Mereka kini sudah bersiaga di Mesir dan mereka akan mendapatkan bantuan dari pengkhianat di Mesir untuk mengambil tanah suci. Kalau mereka sejak dulu ingin menguasai Jerussalaem semenjak Ummat Isam memebaskan dari Kerajaan Jerussalem.
Kalau mereka perang berarti bisa ajdi ini akan terjadi lama-lama dan saya tidak ada kesempatan untuk kembali. Bagi saya bukan paksaan untuk berperang di pihak Turki karena setelah Perang Galipoli maka semua pasukan dari Arab boleh meninggalkan Turki tetapi aku lebih senang untuk menyelesaikan perang ini dan ingin menggapai kemenangan atau kalah setelah berusaha dengan gigih seperti yang dilakukan oleh pahlawan Galipoli.
Perlawanan ini akan menjadi monumen kembali bersatunya Arab, Kurdi, Turki dan bangsa lain untuk mengusir penjajah seperti dalam perjuangan Shalahuddin sang pembebas Al-Aqsho. Ia berhasil menyatukan kekuatan Islam di Timur Tengah Arab, Kurdi , dan Turki dalam memerangi perang Salib.
Aku berencana untuk mungkin tinggal pindah ke negeri asal nenek moyangku. Aku harus menyurati Ibrahim mengenai niatku yang tinggal di negeri Arabia ini. Rencanaku setelah  menikahi Aisyah, aku akan menetap dan bekerja disini. Aku akan membeli beberapa ternak dari Paman Hakija. Paman Hakija pasti mau memberikan pinjaman untuk unta. Aku mungkin tidak biasa untuk memelihara unta namun dengan bantuan Paman Hakija yang baik pasti aku dapat menguasainya.
Meski saya belum kenal namun Paman Hakija adalah paman yang terbaik bagi saya. Ia yang menemaniku di negeri Arabia dan berhaji. Meski kami tidak mempunyai hubungan darah. Hubungan persaudaraan karena ia menikahi adik dari ibuku atau bibiku. Seolah kami sudah pernah bertemu dengannya. Mungkin di dunia yang lain .
Ada beberapa orang dalam kehidupan kita yang belum kita ketahui sebelumnya namun akhirnya kita kenal. Bahkan sebelum ini Paman Hakija tidak tahu dengan keberadaanku karena jarak kita yang jauh sekali. Terakhir Ibunda mengirimkan surat ke Madina bahwa ia melahirkan Ibrahim. Surat yang dibawah dari seorang Jamaah haji yang asal dari Padang. Perjalanan surat pasti berliku-liku karena harus ke padang terlebih dahulu dan kemudian orang yang di Padang menyampaikan surat ke Medina setelah sekitar 3 bulan pelayaran.
Tetapi kini sudah abad kapal uap dan mesin, transportasi setidaknya lebih mudah walau mengirim surat masih terasa mahal namun dengan adanya tulisan sedikitnya kerinduan terobati dengan adanya tulisan tersebut.
Kapal uap memang cepat namun suatu saat mungkin ada kapal lain yang lebih cepat akan menggantikan. Konon kapal terbang sudah mulai dijadikan sebagai pengangkut namun terbatas pada orang yang mempunyai uang saja.
Paman Hakija mempunyai ratusan unta yang ia gembalakan belum lagi ribuan kambing yang berada dekat kediaamannya. Ia mempunyai maskapai perdagangan di Hadramaut dan juga di Yaman. Namun sejak perang maskapai perang tersebut sering berhenti. Terlalu berisiko untuk berdagang dengan orang Syria karena mereka juga terkena serangan musuh.
Tetapi sebelum pecah perang saya kira ia dapat berdagang pas saat perang Galipoli saja. Paman tahu bahwa akan terjadi sedikit kekacauan namun ia belum memberhentikan total. Ia masih mengirimkan barang-barang Asia yang ia dapatkan di Yaman untuk dikirim ke Syria untuk selanjutnya diteruskan ke Eropa seperti Italia, Perancis maupun Spayol. Perdagangan Paman memang luar biasa sekali mengapai luar negeri.Â
Aku juga bisa berdagang nantinya atau aku tinggal di Istanbul. kenapa tidak Turki merupakan tempat bagi seluruh orang dari agama ataupun ras. Dulu saja Raja Charles Swedia mendapatkan perlindungan dari Sultan Ahmad III setelah kalah dari perang melawan Kerajaan Rusia. Sultan Ahmad III tidak mau menyerahkan Charles pada Rusia meski konsekuensinya adalah peperangan dengan Rusia. Alhamdulillah Sultan Ahmad III memenangi perang tersebut.
Aku harus menyusun rencana ini adalah rencanaku jika perang ini berkelanjutan. Seandainya puluhan tahu perang ini akan memakan waktu aku akan turut serat hingga negeri ini akan aman. Â Â
Selesai Satu Masalah 3
Aku sedang berbicara tiba-tiba ada teriakan yang memanggilku. Abdul Khoir memanggilku dan ia menceritakan bahwa Jengis tersambar oleh peluru. Aku segera ke sana dan menyuruh seluruh anak buah menunduk karena mereka pasti akan menyerang lagi pikirku. Sesampainya aku di sana, aku melihat Jengis sudah tidak bernyawa.
Para teman-temannya sangat jatuh karena meninggalnya namun ada sedikit kebahagiaan atau lebih tepatnya kelegaan dalam hatiku karena tidak ada lagi yang menjadi biang keributan. Sekilas rasa lega itu berubah.
Aku merasa bersalah karena ada di hati ini pikiran yang kotor untuk membiarkan ia terbunuh dan ia kini terbujur kaku. Aku merasa kurang maksimal dengan mengarahkannya. Biarlah mudah-mudahan segala amalnya diterima di sisi Allah. Jangan-jangan amalan-amalan Jengislah yang lebih dipilih dari diriku yang belum seberapa.
Mulazim juga tampak sedih melihat hal itu. Ia baru mendapatkan tiga prajurit namun harus berkurang satu. Abdul Khoir yang kontra juga merasa sedih dalam hatinya. Terkadang ia juga merasa menyesal kalau ia telah berbuat dan berselisih dengan Jengis semestinya ia sendiri menahan seperti orang yang lainnya.
Aku menanyakan pada Abdul Khoir bagaimana Jengis bisa tertembak.
"Jengis menghadapku dan ia meminta maaf beserta teman-temannya. Sebutir peluru yang telah menghabiskan dirinya. Aku menyesal"
Sebenarnya aku juga tidak tahu mengapa Jengis tiba-tiba minta maaf dengan diriku. Asumsiku ia tidak akan minta maaf. Mungkinkah hidayah sudah datang pada dirinya sehingga ia menjadi alim
"Pembicaraan kami menjadi akrab dan aku menawarkan teh padanya namun sayang ia tewaas"
Aku khawatir nantinya akan ada perselisihan karena seolah Abdul Khoir yang membunuh Jengis .Tetapi itu kutepis karena orang-orang Turki yang lain meski suka dengan Jengis tidak mau menghina orang Arab. Apakah kematian ini justru mendatangkan kemudahan bagiku atau kegembiraan. Yah mudah-mudahann Allah menerima segala amalan Jengis.
Penembak Jitu
Mulazim akan mencari pembunuh Jengis namun ia tidak menemukan petunjuk. Â Seluruh ruangan di depan kosong. Ia menggoyangkan kepala dari sisi yang kanan dan sampai sisi yang paling kiri demi melihat sniper.
Ia memberanikan diri untuk keatas dan tiba-tiba sebuah peluru meluncur dan mengenai di topi atasnya.
Reflek kami menunduk untuk menghindari peluru tersebut. Mulazim berpindah dan mencari tempat untuk mengintai. Ia tidak melihat lagi arah penembak yang tadi.
"Aku pikir ia masih didepan. Kopral kau bisa mencarikan orang tersebut untukku?"
Aku langsung bergerak ke tempat yang lain dan mau mereka aku berada dibawah dan aku khawatir juga kini ketakutanku melebihi dari yang pernah terjadi pada hatiku. Tentu saja saya tidak bisa menolak perintahnya karena saya sudah bertanggung jawab dengan para pejuang ini.
Ia mencoba mengambil nafas dalam dan langsung melihat. Tidak ada orang yang berada di dalam tempat tersebut aku melihat seorang yang hendak menembak dan aku mengantisipasinya dengan menembak. Beberapa prajurit lainnya segera keatas dan mereka membalas tembakan musuh. Tembakan musuh tersebut mendarat ke mereka. Terjadilah pertarungan bedil antara kedua pasukan. Di pasukan Australia sudah terdapat satu regu yang memberondongkan senapannya.
Mulazim Ilham berpikir percuma jika melanjutkan perang dan akan menghabiskan amunisi saja . Ia memerintahkan untuk menghentikan tembakan hingga akhirnya mereka menyadari bahwa pasukan kami sudah tidak melayaninya. Untung saja kontak senjata tidak menambah korban di pihak kami. Tetapi aku yakin juga mereka tidak terkena tembakan. Hanya peluru yang habis dan kami terus memantau pergerakan kalau mereka mengadakan manuver lagi.
"Aku rasa mereka bukan sniper namun prajurit Australia yang iseng", kataku
"Mungkin saja meraka ada di sana dan bersembunyi untuk sebentar lagi mereka akan membunuh seluruh pasukan kita. Aku tidak mau berspekulasi jika menyangkut nyawa kita. Sebaiknya kita sekali waspada. Kau tahu bahwa mereka juga menembak  Jengis dan aku khawatir sebaiknya kau mulai mencoba untuk menyerang dengan senapan  sniper"
"Aku rasa Mausser biasa kita bisa gunakan untuk menyerang mereka. Aku pun bisa dan kita tempatkan pasukan yang tembakaanya paling jitu'"
"Kau bisa membagi apa yang  kita harus kerjakan sekarang?"
"Aku khawatir kita tidak mempunyai pasukan yang bisa menembak jitu karena kita semua volunteer. Tetapi akau akan mencari tahu mengenai hal ini"
Aku langsung beringsut ke hadapan mereka dan menanyankan siapa yang pernah mendapatkan pelatihan menembak jitu. Sayangnya belum ada yang menyatakan kesediaan untuk bekerja sebagai penembak jitu. Ini riskan sekali karena jangankan prajurit biasa yang penembak jitu saja pasti sudah mampu dikalahkan. Aku menunggu saja kalau tidak ada terpaksa aku saja yang maju untuk menghadapi penembak jitu
Aha. Kenapa lupa ada Abdullah the terrible, si sniper yang jago tersebut. Kau harus membicarakan hal ini pada Mulazim.
"Mulazim, aku kira Abdullah akan bisa mengatasi hal ini. Kita minta ia untuk mengajari kita"
"Hmm.. kenapa kita tidak berfikir dari tadi. Kalau demikian saya harus menghubungi Abdullah The Terrible"
Keduanya langsung beranjak ke barak dan Mulazim langsung menghubungi markas. Aku berharap agar kerjaan ini menjadi lancar. Nampaknya wajah Mulazim kecewa namun ia tenang. Ia memberitahukan Abdullah the terrible pada saat ini belum bisa dan akan ada yang mengajari kita seorang sniper.
"Kita mungkin kecewa karena Abdullah tidak bisa datang namun markas tidak membiarkan kita dengan tangan kosong sebab akan ada penggantinya"
"Bilakah penggantinya datang?"
"Dalam waktu yang tidak lama sementara kita berjaga berdasarkan jadwal yang sudah kautetapkan saja. Kalau mereka tidak berani maka mereka kita anggap desersi bisa kita pulangkan mereka atau kita bisa hukum. "
"Baiklah kalau begitu"
Aku sengaja menyusun sebuah anggota dan kami berhati-hati untuk ke atas dan kami melihat tidak ada sesuatupun diatas tersebut. Pada saat itu saya yang bertugas adalah Hanzhalah, Ibnu Ibban, dan Al Arnauth.
Mereka terus menerus memantau gerakan namun rupanya parit mereka tidak maju dan bahkan tidak ada pembicaraaan sedikitpun atapun asap rokok. Kalau mereka ada biasanya mereka sering menyulut rokok sambil berbicara dan kadang mereka minum minuman keras dan memainkan alat musik yang sengaja untuk menakut-nakuti kita namun mereka hanya pelampiasan saja dari ketakutan mereka terhadap kerasnya pertahanan kami. Aku harus mempertahankan hal seperti itu. Mungkinkah mereka sudah mau mundur dengan teratur.
Ah, tidak mungkin perang masih sangat jauh dari selesai. Mereka kemarin masih menurunkan artileri dan pasukan yang baru. Setidaknya mereka akan menghancurkan Turki terlebih dahulu sebelum nantinya akan perang dengan Turki. yang penting aku harus terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H