Abdul Khoir yang sedang berbicara melihatu lewat. Ia menghampiri diriku dan sepertinya ia mengetahui tentang keberadaaan Paman Muchtarku.
"Assalamu 'allaikum"
Ia menyapa dengan senyuman yang tersungging lebar
"Wa 'alaikumusslam"
Aku menghentikan langahku dan aku membiarkan diriku menunggu kesempatan dirinya untuk memberikan maksud kedatangannya.Aku sengaja tidak menanyakan langsung maksudnya.
"Maaf,tuan. Aku tahu kau hendak mencari pamanmu tetapi mengapa kau tidak mau menjumpai pamanmu tersebut?"
Aku menghela nafas dan ingin menjelaskan dengan sejelas-jelasnya pada Abdul Khoir mengenai penolakanku untuk pergi kesektor 17.
"Situasi tidak memungkinkan saya pergi ke tempat lain nanti saya akan  ke tempat lain kalau perang sudah mereda atau Esad Pasha mengirimkan pasukan tambahan aku akan ke tempat pamanku"
"Aku meragkan Esad Pasha akan membantu kita kecuali dengan bantuan orang Arab yang lainnya", kata Abdul Khoir tidak terlalu mempercayai apapun yang namananay rang Turki
"tetapi esada adalah orang yang sangat dipercaya higga kini. Saudaraku,kita tidak boleh untukmenyangak siapa tahu benar"
"Apakah tuan tidak khawatir kalau jika tidak bisa ketemu dengan Paman tua"