Ia menyeka keringatnya dan tidak ada rasa lelah dan langsung melanjutkan menghantamkan beliungnya ke dalam.
Aku datang dan memberikan tawaran minuman baginya. Ia menerimannya dan mengambil posisi duduk untuk minum. Ia orang yang sholeh kalau menurutku dan ia selalu memenuhi tata cara Islami. Â Â
"Abdul, berapa lama lagi penggalian?"
"Aku menduga ini akan selesai dalam giliranku"
Aku menunjuk bagian lain yang bukan merupakan jatahnya.
"Kita akan menggali tempat sit namun itu pasukan lain yang akan bekerja"
Abdul Khoir mengangguk
"Aku heran mengapa orang Turki membenci kita dengan menghina kita?"
Pertanyaan tersebut justru membuatku tertarik dengannya. Ia mungkin ingin mendiketakan diriku. Ia terus saja mencangkul tanpa menghentikan barang sedikitpun.
Aku berusaha untuk menjelaskannya mengenai perkara ini
"Kau jangan menilai dari seorang Jengis saja. Orang Turki tidak semuanya membenci kita. Adapun oknum yang berperang dengan mereka maka itu tidak termasuk kita. Kita sudah menunjukkan bahwa kita sangat setia dengan khalifah dan kita meninggalkan Damaskus untuk ke Galipoli untuk mempertahankan Turki."