Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ismail the Forgotten Arab [Bagian Ke-20]

19 Agustus 2017   11:17 Diperbarui: 19 Agustus 2017   11:21 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia melihat orang tersebut lagi sendirian. Mungkinkah ia sedang memikirkan mengapa ia takut.

Aku akan bicara lagi dengan orang-tersebut mudah-mudahan itu bisa membantunya untuk membebaskannya.

"Dulu aku yang takutkan adalah harimau di tempat saya tinggal"

Tampaknya ia belum tertarik untuk membangun komunikasi dengan diriku. Ia tampaknya sangat malu mengakui dirinya takut dengan orang Australia. Apakah ia akan bicara atau aku terdiam saja untuk mendiamkan dirinya. Tetapi ini kesempatan langka karena saya tidak bisa untuk berbicara lagi. Kalau ia sedang berada dekat Jengis maka akan ada lahi ganguan. Aku harus sabar. Aku ingat bagaimana kita juga harus bersabar menunggu si ompung yang ada dalam rimba.

Mungkinkah dengan tambahan dari perkataanku justru akan membuat ia semakin menjauh dari diriku. Aku tunggu saja sementara dari kubu Australia terdengar tembakan yang terus menerus terjadi. Aku mendengarnya seperti burung prenjak yang tidak mau mendiamkan diri bahkan untuk satu menit saja. Ia terus berkicau membusungkan dadanya di pucuk pohon seakan ia mau memberitahu prenjak atau burung lain atau mahluk lain termasuk manusia bahwa dirinya adalah penguasa.

"Apakah tuan pernah takut?"

Hatiku bergembira ia mulai berbicara yang artinya ada harapan bahwa ia akan berkata-kata selanjutnya. Aku akan menjawab dengan pengalamanku

"Ya, aku bertemu dengan harimau dan aku kehilangan suara untuk satu tahun", jawabku dengan menunjukkan keseriusan

Aku melihat gurat tanda ia tidak percaya bahwa diriku pernah ketakutan. Seolah maksudku hanya untuk menghibur dirinya semata .  Aku akan menambahkan argumen walau apa yang aku ucapkan benar namun ia menginginkan kesunguhan dari diriku.

"Waktu dahulu aku seorang gembala sapi dari ayahku yang memiliki ratusan sapi di Padang yang luas. Aku pernah mencari sapi yang terpisah dari induknya. Aku menghitung ada sapi muda yang terlepas dari kawanan. Aku mencari sendiri saja sebab aku tidak mau terlihat lalai oleh ayahku dan aku titipkan sapi yang sudah berkumpul pada pembantuku. Aku melihat ada sapi yang tersudut  dan aku melihat ada seekor harimau yang mencoba menerkam sapi tersebut dan suaraku membuat ia terusik dan mengaum ke arahku. Sapi yang berwarna hitam milikku langsung menanduk harimau tersebut sehingga ia terluka dan langsung melarikan diri. Aku kehilangan suara karena ketakutan yang sangat. Aku mungkin tidak akan menemui harimau di wilayah ini. Aku selalu terbayang harimau dengan wajah bundar, mata yang tajam, hidung yang besar serta taring yang tajam sekali. "

"Kalau demikian bagaimana tuan menguasai ketakutan tersebut"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun