Sementara paman Hakija, melihat pertunjukan nyanyian nasyid yang menggambarkan kebahagiaan antara penduduk.
Senjata Pertama
Sebagai seorang pengembala sapi ini saya belum pernah memegang senapan. Pelatihan singkat ini pasti akan membantu. Aku duduk di kelas di depan ada sebuah benda yang menyerupai bedil dan  ada kotak yang aku kira tempat untuk mengisi peluru.
Si pelatih seorang warga Jerman mempunyai postur tinggi yang bernama  Frederick von Schenderling berpangkat Sersan pelatih. Usianya sudah kepala lima namun ia tampak masih sehat di sampingnya ada Sersan Koprulu Demitras yang menerjemahkan perkataan dari Orang Jerman tersebut ke dalam bahasa Arab.
Ia menunjukkan sebutir peluru yang besarnya seperti kelingking orang dewasa. Ia memasukkan peluru ke dalam magasin satu dari atasan magasin perlahan. Ia mencabut kembali peluru dan dengan gerakan pelan ia memasukkan lagi kemudian ia memasukkan enam peluru dalam magazine tersebut. Kini aku jadi hafal memasukkan peluru ke dalam magazine. Sersan juga mempraktekkan cara mengokang senapan. Caranya tidak sulit. Si Jerman tersebut memperhatikan untuk membidik tempat yang kosong setelah itu mereka semua keluar.
Mereka langsung ke lapangan dan ada bedil yang tergeletak di lapangan. Kami mengambil posisi masing-masing satu senapan ada dua puluh orang yang sudah memegang senapan. Di meja ada enam peluru dan satu magasin. Si Sersan Jerman tersebut kini berteriak memerintahkan memasukkan peluru ke dalam magazin
Secepatnya aku masukkin peluru ke dalam senapan.  Aku memastikan peluru yang aku masukin tepat dan tidak terbalik kalau terbalik maka peluru tidak akan dapat menyalak dan senapan dapat rusak. Ada enam orang yang tidak dapat mengisi peluru ke dalam magasin. Kami yang sudah selesai harus berhenti terlebih dahulu. Sersan von Schinderling  menyuruh kami untuk membantu teman yang tidak bisa mengisi magasin. Aku membantu sebelahku. Ia seorang Arab Syria yang bernama Khalid. Aku pikir tadinya ia adalah seorang Turki karena wajahnya yang putih dengan mata biru. Aku baru sadar bahwa semua orang di sini adalah orang-orang Arab. Dengan tekun aku mengajarkannya hingga ia bisa mengikuti ku dalam mengisi magasin.
 Sersan Otto menyuruh kami untuk cepat-cepat membantu teman kami. Kami berhasil semuanya memasukkan peluru.
 Ia memperingatkan agar memperhatikan jari mereka karena sering sekali jari orang yang terjepit akibat menggunakan senapan ini.
 Para kadet segera memasukkan misagasin dalam senapan dan kemudian mengokangnya. Alhamdulillah, tidak ada yang celaka seluruh pasukan langsung membidik sasaran yang ada di depan sejauh 100 meter. Semuanya diperingati untuk tidak boleh untuk menembak sebelum ia memerintahkan.
 Semuanya menembak dan mereka melihat sasaran. Aku adalah yang paling tepat diantara teman-temanku. Alhamdulillah, aku bisa menembak dalam hatiku. Sersan Otto  tidak membiarkan kami merayakan kemenangan kami dan ia memerintahkan tembakan kedua. Bunyi senjata terkokang terdengar serempak. Aku berhasil menembak hingga tembakan yang keenam.