"Sejak adanya sentimen anti Arab mereka menjadi membenci orang macam kita. "
"Aku tidak melihat itu sebagai kebencian kolektif karena mereka juga membutuhkan kita. Aku malah lebih yakin mereka akan memerlukan pasukan Arab di Galipoli"
Paman menjadi mengangguk-anguk mendengarkan hal itu. Ia mengalihkan dan menunjukan saudara saya Ibrahim yang duduk di pelaminan seorang diri .
"Apakah kau tidak menyusul abangmu?"
Aku malu mendengar hal itu tetapi memang sudah menjadi kuat kaki kalau kami sudah selesai berhaji maka kami akan menikah. Hanya saja saya sedang galau.
"Aku sudah memikirkan untuk bertemu dengan Paman Mukhtar. Kata Paman Luthfi wajahnya memang mirip ibuku. Tetapi Paman Mukhtar ada di Istanbul. Aku harus ke Istanbul terlebih dahulu untuk menemui Paman Mukhtar"
"Kau ini. Tidak mungkin Mukhtar akan menikahkan putrinya selagi perang. Ia seorang sersan pelatih yang perlu untuk berada di sana "
"Aku kira persoalan pernikahan tidak sulit. Kalau mau, pastilah Paman Mukhtar menikahkan kami."
"Aku tahu. Kalau aku adalah orang tuanya pasti aku akan menikahkan kalian. Hanya saja aku tidak mempunyai anak perempuan. Tetapi aku janji akan menyatakannya pada Paman Mukhtar mengenai hal itu"
Tentu saja aku sangat berterima kasih atas kesediaannya membantuku.
Aku berfikir kenapa aku juga tidak ke Istanbul