Saya patut acungi jempol mereka yang ikut juga ke Jeddah mengingat jalur kereta sangat rawan dan pemberontakan terhadap Turki. Banyak Bangsawan Arab yang sudah dipanas-panasi oleh agen-agen Perancis dan Inggris.
Aku mendengar dari Paman Hakija. Ia duduk di sebuah tenda dan menanyakan kabar ayahku Abdurrahman. Aku menjawabnya bahwa mereka baik-baik saja.
"Bagaimana dengan kabar ayahmu?"
"Alhamdulillah, ayah dan ibu saya dalam keadaan baik-baik. Bagaimana kabar di Syria?"
"Kabar di Syria tidak baik karena sudah terjadi pemberontakan yang diusung oleh Pemberontak Arab. Aku kira kekuasaan Utsmaniyah akan berakhir tidak lama lagi setelah lebih dari tiga abad mereka ada di sana"
"Paman berfihak pada siapa?"
Paman mendelik tanda mempertanyakan kesetiaaannya pada khalifah.
"Aku tidak akan berubah demi recehan yang sedikit bahkan aku turut mendaftar sebagai sukarela"
"Apakah Utsmaniyyah sudah mengumpulkan banyak tentara?"
"Mereka sudah mulai mengkonsentrasikan pasukan di  Istanbul  untuk menghadapi invasi pasukan Inggris dan Perancis. Paman akan memperkuat Istanbul jika mereka mengizinkan. "
"Bukankah mereka menyukai orang Arab karena mereka senang mendapatkan penjagaan dari orang Arab "