Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asadi Timur Damaskus

3 Agustus 2016   08:01 Diperbarui: 3 Agustus 2016   08:08 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Baiklah, aku akan memberitahukan pejung lain agar mereka tidak salah dalam menembak teman mereka sendiri”

Aku membagikan makanan yang ada di dalam bungkusanku. Tampaknya mereka juga kelaparan sama seperti halnya diriku. Aku menggulung roti dan kemudiannya menggigitnya. Rasa laparku menjadi hilang setelah makan roti tersebut. Aku pun mohon diri.

Aku menyeberang sebuah gedung dan aku melihat sekelompok Mujahidin lagi. Aku melambaikan tanganku dan merekapun melambaikan tangan. Mereka tampaknya sudah mengerti bahwa aku akan beperang melawan sniper tersebut.

Tiba di gedung paling depan. Tidak ada seorang Mujahidin pun yang ada. Mungkin Mujahidin sengaja tidak mengisi gedung tersebut untuk melindungi diri mereka dari sniper. Ada suatu kilatan yang berasal dari balik bukit. Itu yang meyakiniku posisi sniper. Jarak gedung dengan sniper cukup jauh. Aku kira lebih satu kilometer dan itu berarti aku tidak mungkin untuk menjangkau dengan senapan ini. Sementara senjatanya mampu mengenaiku dari jarak yang sama.

Aku harus mengendap dan tidak diketahui oleh sniper untuk memburu sniper tersebut. Hari sudah menjelang petang mungkinkah. Aku akan menyeberangi jalan sebelum menuju lembah kecil di bawah bukit tersebut.

Aku membawa teropong namun aku sulit sekali mengenali posisi lawan secara pasti. Mungkinkah ia bergerak ke tempat lain atau ia tidak bergerak sama sekali karena toh belum ada yang bisa menggangu posisinya.

Aku merayap di kegelapan. Aku harap ia tidak melihat. Jalanan yang terbuka tersebut adalah sasaran empuk bagi sniper. Ia memang pandai membuat sebuah labirin yang luas yang menjadikan tempat sasaran. Aku yakini saja bahwa aku akan melewati tempat tersebut.    

Aku mendorongkan tubuh dengan kakiku dan bergerak sedikit. Aku menunggu sebentar apakah ada reaksi dari penembak tersebut. Aku pikir tidak maka aku meneruskan satu langkah lagi dan dengan cepat aku menuju sebuah pohon cemara yang rindang dan depannya ada sebuah lubang di tembok. Oh, mungkinkah ia akan menyergapku di sini. Aku tidak melihat apa-apa kecuali kegelapan saja. Mungkin sniper musuh mempunyai night vision yang dapat melihat dalam kegelapan.

Apakah si sniper tersebut ingin mempermainkanku. Aku mendengar obrolan dalam bahasa yang aku juga tidak mengerti. Pastilah itu orang Rusia. Aku akan menyergap mereka. Aku menyiapkan sebuah sangkur yang ada di dipinggangku. Aku akan mencoba melihat situasi berapa orang yang ada di depan.

Aku mendengar hanya dua pasang derap sepatu. Mungkinkah mereka akan melewati lubang tersebut? Ya, mereka lewat lubang tersebut. Rupanya mereka juga seorang sniper dan seorang marksman.  Seorang melewati lubang dan aku mendiaminya. Aku menunggu hingga orang kedua keluar dari lubang tersebut.

Orang keduapun keluar dan mereka membawa senjata yang berat. Ah, rezeki nomplok aku melempar pisau pada orang kedua. Orang pertama menoleh ke belakangan dan aku pun berduel dengannya . Ia mencoba menusukkan sangkur ke perutku namun aku sudah memukulnya terlebih dahulu. Ia meninju kepalaku dan akupun memopor kepalanya. Benar-benar luar biasa. Ia sepertinya tidak terpengaruh dengan hantaman poporku. Sementara kepalaku pening sekali akibat hantaman tinjunya. Ia hendak menghantamkan tinju lagi namun aku menagkisnya dengan gerakan dari bawah mengeluarkan tangan menepis tinjunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun