Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asadi Timur Damaskus

3 Agustus 2016   08:01 Diperbarui: 3 Agustus 2016   08:08 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Baiklah jika demikian. tapi kalau kalian membutuhkan evakuasi kami akan melakukan evakuasi di tempat ini”

“Mau kemana kami ini? Ke Turki, Presiden Erdogan sudah cukup repot dengan tiga  juta orang Syria dan ia harus menghadapi pemberontak Kurdi . Ke Saudi, Raja Salman juga sudah repot dengan 2,5 juta orang Syria. Keduanya sedang menghadapi konspirasi Syiah dan Negara Barat. Eropa sudah tidak mau menerima kami lagi. Ke Libanon, kami akan semakin menderita. Kami di sini berjuang untuk tanah kami. Dari zaman Kekhalifaan sampai terakhir pendahulu-pendahulu kami memerangi Inggris. Kami membantu Utsmaniyyah untuk mempertahankan tanah para nabi ini. Orang tua kami juga melawan ayahnya Bashar Assad dan kami kini melawan anaknya Hafiz Assad ”

Aku menjadi bangga dan aku menenteng sebuah senapan peninggalan dari kakek buyutku yang berjuang untuk Turki.

“Baiklah jika demikian, aku akan beroperasi ke blok sebelah sana. Aku akan menyisir para sniper Rusia. “

“Tuan, bukankah kau lebih baik ke tempat kami terlebih dahulu. Kita makan saja dulu. Kami mempunyai persediaan makanan”

Aneh mengapa mereka masih menawarakan ku makanan mereka masih terkepung. Ah, pasti mereka mau menyediakan makanan seperti mereka menawarkan pada Mujahidin yang lain.

“ Ah tidak, aku masih mempunyai persediaan makanan”

“Tuan kau jangan bohong. Kami tahu bahwa Mujahiddin yang bergerak sendiri seringkali kehabisan makanan”

Seorang ibu membawa bungkusan seperti sudah tahu saja yang aku lakukan dan ia menyodorkan bungkusan tersebut padaku. Aku mau menolak tetapi perut juga sedang keroncongan. Aku pikir ini rezeki yang tidak bisa ditolak dan aku akan mengecewakan mereka yang sudah menyiapkan makanan ini.

Dengan sedih aku meninggalkan tempat tersebut menuju blok untuk mencari seorang sniper yang sudah menewaskan banyak mujahidin. Bahkan ketiga bocah tadi aku yakini adalah korban sniper tersebut. Masih aku duga barangkali. Hanya Dragunov yang mampu menembak tiga bocah tersebut karena dari jarak yang jauh sekali. Kalau ia sudah tiga hari berarti sniper tersebut dapat berada di mana saja. Mungkinkah ia sedang mengawasiku?

Aku segera mengambil posisi di sebuah jendela  gedung bertingkat yang hampir separuhnya sudah hancur seperti kue yang terpotong sebelah. Aku tahu bahwa ini akan berbahaya dekat dengan jendela. Aku berimajinasi mengandaikan sebagai seorang sniper. Saya akan mengambil posisi yang di daerah aman. Aku memperikirakan para sniper akan berada di bukit yang ada di depan. Sebuah persembunyian yang sangat sempurna bagi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun