Sebagai penggantinya, Arsenal menunjuk Unai Emery, seorang manager asal Spanyol yang punya prestasi mentereng dari klub Paris Saint Germaint dan Sevilla pada tanggal 23 Mei 2018.
Unai Emery setali tiga uang dengan pendahulunya. Pada musim pertamanya, ia tidak mampu membawa Arsenal menembus 4 besar. Akibatnya kinerja keuangan mencatatkan untuk pertama kalinya sejak 2002, laporan keuangan Arsenal mengalami kerugian sebesar 27,1 juta atau Rp. 443 miliar.Â
Berbanding terbalik pada tahun sebelumnya yang masih mencatatkan keuntungan sebesar 56,5 juta atau Rp. 1,02 triliun. Walau Arsenal sebetulnya masih mampu meningkatkan pendapatan dari 388,2 juta atau Rp. 7,02 triliun ke 394,7 juta atau Rp. Â 7,14 triliun, namun peningkatannya tidak cukup signifikan untuk menutup kewajiban klub.
Biang kegagalan keuangan tentu diakibatkan oleh ketidaksesuaian prestasi yang diharapkan tercapai di lapangan bola dengan pengeluaran yang dilakukan klub.Â
Dalam menyusun anggaran, Arsenal  tampaknya masih tidak banyak mengubah biaya secara signifikan dengan harapan hanya dengan melakukan penunjukan Unai Emery dapat menghantarkan Arsenal masuk ke 4 besar Liga Inggris. Sebagai contoh adalah komponen gaji yang mencapai 51% pengeluaran klub. Arsenal hanya mampu menurunkan biaya gaji dari 204,9 juta atau Rp. 3,7 triliun  ke 200,8 juta atau Rp.3,6 triliun.
Di lapangan sepakbola, situasi masih saja sengkarut. Pada 13 laga awal Liga Inggris 2019/20, Arsenal hanya mampu meraih 18 poin. Terburuk setelah 25 tahun! Di setiap laga, Arsenal selalu kebobolan. Tidak mampu menang lawan tim-tim favorit lainnya atau istilahnya "klub enam besar" seperti Manchester United, Manchester City dan Liverpool.Â
Tampak kepayahan juga melawan tim-tim yang sebetulnya di atas kertas  Arsenal harusnya menang mudah mengingat materi pemain sepakbolanya termasuk kelas papan atas. Fans sudah lelah dengan cara pemain Arsenal bermain bola yang membosankan dan monoton. Hal ini terlihat dari cemooh yang terus dilontarkan kepada pemain-pemain hingga ke sang manager, Unai Emery.Â
Puncaknya, Granit Xhaka yang ditunjuk sebagai kapten lapangan yang harusnya dapat menjadi contoh pada pemain lainnya dan memastikan taktik manager berjalan di lapangan, ribut besar dengan para fans pada pertanding kandang melawan Crystal Palace. Unai Emery akhirnya harus mencopot posisi kapten dari Granit Xhaka untuk mendinginkan suasana antara klub, pemain, dan para fans.
Rentetan hasil buruk mengantarkan sang manager, Unai Emery, dipecat tanggal 29 November 2019. Posisinya digantikan sementara oleh Ljungberg yang kala itu manager Arsenal untuk usia 23. Para pemain pun gelisah. Pemain mega bintang Arsenal seperti Aubameyang akhirnya berpikir dua kali untuk kembali memperpanjang kontraknya yang habis pada tahun 2021.
Belum selesai permasalahan, akhirnya datang Covid-19. Mikel Arteta sebagai manager yang ditunjuk untuk menggantikan Unai Emery pada tanggal 13 Maret 2020 dinyatakan terjangkit penyakit menular tersebut akibat melakukan kontak dengan pemilik klub Olympiakos, Evangelos Mirinakis, yang beberapa hari sebelumnya sudah lebih dahulu dinyatakan positif Covid-19. Peristiwa ini memicu seluruh pertandingan Liga Inggris ditunda hingga waktu yang tidak ditentukan.
Secara finansial, beban keuangan semakin menggunung. Arsenal menjadi klub terdepan yang melakukan pemotongan gaji pemain sepakbolanya walau sempat adanya penolakan dari beberapa pemain utama. Â