Pada level identifikasi, seorang remaja meniru tingkah laku, pandangan, pendapat, nilai-nilai, norma-norma, minat dan aspek-aspek lain dari orang-orang tertentu yang diambil dan dijadikannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Pada tingkat ini remaja akan memilih segala hal yang paling sesuai bagi dirinya.
Â
       Sedangkan pada level eksperimentasi (mencoba-coba, bertualangan), lingkungan menjadi laboratorium eksperimennya. Di sini remaja memainkan peran sesuai dengan bakat dan kecenderungan pribadinya. Singkatnya mereka bereksperimen sesuai dengan aneka peran sosial.[8]Â
Â
       Uraian di atas membantu kita untuk memahami identitas remaja. Remaja pada dasarnya sedang dalam proses identifikasi. Di dalamnya seorang remaja sedang "menjadi" dirinya sendiri dalam aneka perjumpaan dengan beragam nilai, norma, tingkah laku, dan adat-istiadat.
Â
       Tahap ini kita sebut sebagai proses individuaisasi di mana seorang remaja sedang bergulat dengan nilai lama yang diperolehnya dan nilai baru yang sedang dijumpainya. Situasi ini menimbulkan keterguncangan. Maka, agar menjadi pribadi harmonis yang terarah pada kedewasaan, seorang remaja harus memiliki penyaring yang benar dalam dirinya.
Â
       Proses penyaringan/filterisasi ini mengharuskan adanya nilai, norma, dan kebiasaan baik di dalam diri remaja. Dengan adanya nilai, norma, dan kebiasaan yang baik ini, seorang remaja akan berkembang menjadi dirinya yang terbaik (be his best self). Dan bila tidak, seorang remaja akan jatuh dalam aneka tindakan yang ngawur/amburadul, yang pada hakekatnya akan menghantar remaja pada kehancuran dan malapetaka.
Â
Â