Namun demikian, hidup selibat sebagai sebuah panggilan adalah panggilan dan pilihan menjadi kudus, hidup murni/suci demi melayani Allah dan sesama. Ini berarti bahwa panggilan menjadi "kudus, murni/suci" merupakan usaha yang berlangsung sepanjang hayat untuk tetap menjadi kudus/suci/murni dalam kerapuhan manusiawi mereka.
Ini bisa terjadi melalui beragam cara dan sarana. Salah satunya adalah menjalin dan menjaga pergaulan yang sehat dengan semua orang.
Pertanyaannya, apakah hasil klarifikasi dari dugaan skandal tersebut adalah pergaulan yang sehat? Bagi saya jelas tidak sehat!!! Alasannya adalah panggilan selibat berarti bergaul dengan semua orang yang berdasar pada cinta tanpa pamrih dan cinta yang tidak mengikat diri kepada atau untuk orang-orang tertentu saja.
Relasi eksklusif seorang selibater pada kenyataannya amat berbahaya karena telah mengikat diri kepada orang/kelompok tertentu, yang pada akhirnya bisa mengabaikan orang lain. Dan pada akhirnya dapat menjerumuskan seorang selibater kepada cinta eksklusif yang seharusnya menjadi ciri khas panggilan hidup menikah bagi seorang awam.
Saya mencatat satu hal yang kiranya menjadi atensi bagi seorang calon atau seorang selibater. Ini berkaitan dengan kebiasaan para calon atau seorang selibater yang kerap mencari "orang tua asuh".
Secara pribadi saya teramat risih dengan hal ini. Apalagi biasanya "orang tua asuh" yang dicari adalah orang-orang berduit, dan ditambah lagi dengan paras yang "cantik". Yang pada akhirnya akan berlanjut pula ke relasi baru dengan "kakak asuh", "adik asuh", "tetangga asuh" dan seterusnya.
Ini perlu menjadi perhatian serius. Seorang calon atau selibater adalah mereka yang terpanggil untuk mencintai dan melayani semua orang. Ciri dasarnya adalah cinta inklusif dan bukan cinta eksklusif.
Ditambah lagi sering berkunjungnya seorang calon atau selibater kepada "orang-orang tertentu ini" akan melahirkan perasaan tidak puas bagi umat yang tidak menjadi "orang tua asuh", yang nota bene adalah umat yang seharusnya juga mendapatkan cinta dan perhatian yang sama dari seorang yang terpanggil secara khusus.
Menikah-Selibat
Hidup menikah juga adalah panggilan menjadi suci/kudus. Melalui hidup menikah, seorang laki-laki mengikat dirinya secara utuh/total kepada seorang wanita yang dicintainya untuk seumur hidup, dan sebaliknya. Relasi cinta dalam hidup menikah bersifat eksklusif, terbatas kepada orang tertentu saja.
Dalam konteks hidup menikah, relasi inklusif yang bersifat tertutup adalah pengingkaran terhadap cinta yang seharusnya tertuju kepada orang tertentu saja.