Fantastis..karena jenius....lulus terbaik. Kalau sekarang mungkin semacam Adhi Makayasa jika lulus terbaik dari Akademi Militer.
Jadilah dia komandan Batalyon Daidanco di Gresik. Gajinya sih lumayan 9 Gulden (10 juta-an) kecil ya kalau jaman sekarang.
Daaan..seperti cerita saya tadi, Indonesia Merdeka. Moestopo mengangkat diri jadi menteri. Masalahnya, Jakarta ingin semua bekerjasama dengan Inggris karena Bung Karno tidak tahu kelakuan Inggris.
Moestopo sebagai menteri pertahanan Fasih berbahasa Inggris (didikan PETA), bahasa Jepang...dan bahasa Belanda (memang sekolah dokter gigi belanda). Langsung bersikap keras terhadap Inggris. Sering memberikan pidato bersama Bung Tomo dan gubernur Soerjo agar selalu membela negara.
Hasil akhir adalah, pertempuran tiga hari yang hampir membuat punah tentara Inggris di Surabaya. Inggris menjemput Bung Karno dan Bung Hatta agar Semua menghentikan pertempuran.
Dalam pertemuan.....Moestopo mojok....diam saja.
Lantas Bung Hatta menunjuknya dan berkata dalam bahasa belanda,"Oooh..ini toh pemberontak ekstrimisnya!"
Moestopo ngamuk dan membalas dalam bahasa Belanda," Saya memang ekstrimis...saya pemberontak..tapi saya punya prinsip tidak mau dijajah orang asing lagi....silakan Bung menembak kepala saya, saya tetap pada prinsip saya!"
"Sudah....sudah..."Bung Karno menengahi. Sejak itu Moestopo dicopot dari jabatan Menteri Pertahanan yang diangkat dirinya sendiri...dan dialihkan menjadi Dewan Pertimbangan.
Walaupun begitu  Moestopo tetap ikut pertempuran walaupun tidak langsung memegang komando seperti menteri.
Singkat cerita, walaupun Bung Karno mendamaikan, tetap ada peristiwa yang menyebabkan Brigadier Mallaby meninggal. Hasilnya adalah Perstiwa Nopember 1945.
1 Nopember 1945....