Salah satunya dengan berjalan memutar rute Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo....menggunakan Lokomotif dengan dijalankan secepat-cepatnya.
Moestopo tau lah, Lokomotif adalah aset Belanda...mereka tidak akan gegabah menembak Lokomotif ini. Dia dengan percaya dirinya memutari rute tadi dan menembaki tentara Belanda dengan berteriak sumpah serapah dalam bahsa Belanda.
Belanda serba salah....mau menembak, perintah atasan tidak boleh merusak lokomotif...tidak ditembak, Moestopo dengan senjata favoritnya Stengun Mk-II banyak membunuh jajarannya. ...Hadeeehhh
Mojokerto....Surabaya,..Sidoarjo...mau ke Mojokerto lagi....Sampai Tulangan...Moestopo seperti panik. Pucat.
"Mandheg...mandheg(Berhenti)!!" Teriaknya pada masinis...
Sang masinis sopir lokomotif juga ketakutan..ada apa ini. Dihentikannya lokomotif sampai berdecit... Moestopo melompat turun...tidak lama naik lagi..
"Ayo, Budhal (Ayo berangkat)!" perintah Moestopo..
"Wonten punopo, Pak (Ada apa, Pak)?" tanya masinis....
"Aku mau kudu nuyuh...wes menengo ayo budhal (Aku tadi ingin pipis...sudah, kamu diam saja..ayo berangkat)!"perintah Moestopo lagi
Hadeeeh......
Sudah ya...itu cerita tentang Jenderal Gudhik di Mojokerto..yang membuat gedung-gedung di sekitar Gajah Mada dan sekitarnya menjadi aset TNI-AD.
Jejak salah satu Alumni PETA terbaik di Mojokerto.