Saya mengacu tulisan Nurgiantoro dan Danandjaya yang mengatakan dongeng biasanya tidak benar-benar terjadi sehingga murni fiksi tetapi juga selalu mengandung ajaran moral tentang kebenaran untuk pendidikan.
Lalu, jika Inggris dengan budaya yang itu-itu saja bagaimana perbandingannya dengan kita?
Kita hidup dengan berbagai macam budaya, artinya jelas kita sangat kaya akan dongeng. Generasi muda saat ini hampir tidak mengenal dongeng asli Indonesia.
Kita tanya saja pada anak usia 12 tahun ke bawah, bagaimana kisah Manlin Kundang, Timun Mas, Jaka Tingkir, Cinde Laras dan lainnya.
Kalau kita sensus mulai sabang sampai merauke, dongeng kita lebih beragam. Tetapi seakan tidak tampak di permukaan.
Metode dongeng pun berjalan lambat.
Tetap dengan Fabel yang menceritakan tokoh-tokoh binatang, Legenda yang mengisahkan tentang asal-usul terbentuknya suatu tempat, Mite yang berasal dari rakyat di sebuah daerah, Sage yang menceritakan kehebatan atau kepahlawanan seseorang dan terakhir Parabel yang mengandung nilai-nilai pendidikan, baik pendidikan agama, moral, atau pendidikan lainnya.
Sedangkan dongeng di luar sedemikian majunya sampai tokoh-tokoh seperti Cars, Tayo, Robocar dan lainnya......sapai sekarang kalau saya tanya pada ahli dan praktisi sastra belum dapat jawaban cerita itu ikut jenis apa hahaha
Sampai kapan kita seperti ini?
Jadi kita jangan meniru Inggris ya.....biarkan mereka semakin maju.
Saya pamer foto dulu saat menjadi MC di pembukaan kantor Advokat kemarin.