Mengingat kembali hari-hari awal di gym, aku tidak bisa tidak kagum pada seberapa jauh persahabatan kami telah berkembang. Apa yang dimulai sebagai pertemuan kebetulan telah berkembang menjadi sesuatu yang benar-benar luar biasa, ikatan persahabatan yang melampaui waktu dan usia. Aku tahu bahwa aku telah dipertemukan dengan teman-teman yang luar biasa seperti itu, teman yang telah menjadi keluargaku di Bali dan teman curhat, hangout, pokoknya kalian is the best lah!
Kami bertiga bersatu dalam deklarasi persahabatan, mengaku bahwa kita adalah bukan hanya sekadar teman yang berbagi momen-momen menyenangkan. Tetapi juga menjadi sahabat yang dipertemukan oleh takdir untuk menjadi teman di dalam tangis dan sedih. Seperti halnya malam itu, dibalik riuhnya dentuman musik di Atlas Beach Club, tersembunyi cerita lucu yang tak terlupakan di antara kita. Malam itu, di Atlas Beach Club yang penuh dengan sorotan lampu berwarna-warni dan dentuman musik yang menggema, Muharman, Alex, dan Aku merayakan persahabatan kami dalam kegembiraan dan kesenangan yang tak terlupakan.
Aroma harum vape, rokok, dan cocktail menyelimuti udara, menciptakan suasana yang terasa penuh warna dan energi. Setiap hembusan napas membawa campuran wangi yang menambah kemeriahan malam, membuat setiap momen bersama Muharman dan Alex semakin berkesan dan hangat.
Suasana yang hidup dan penuh warna membuat kami merasa lebih dekat, seolah-olah segala kesulitan sejenak menghilang dalam gelak tawa dan kebersamaan. Ah, luar biasa malam itu. Dalam keremangan yang dipenuhi musik dan cahaya, kami merasa seolah-olah waktu berhenti sejenak. Semua kekhawatiran dan stres hidup menghilang, tergantikan oleh tawa.
Saat aku duduk di area bar menikmati red wine, kemudian dilanjutkan minum  martini, dan cosmopolitan. Sementara, Alex memilih untuk mengamati suasana malam Atlas Beach Club, menikmati setiap detail dari keramaian dan dinamika sekelilingnya, tetapi pandangannya terus terarah pada seorang laki-laki paruh baya yang berkacamata, berkulit terang, berambut abu-abu yang menarik perhatiannya, seorang laki-laki yang memancarkan pesona yang penuh senyum hangat. Ketika musik menggema dan cahaya berkedip-kedip, Alex menemukan dirinya tertarik pada seorang lelaki paruh baya berkulit terang itu. Aku melihat Alex melangkah mendekati lelaki itu dan memulai percakapan.
Alex, dengan keberanian dan kehangatan khasnya, menarik perhatian lelaki paruh baya itu. Meskipun lelaki itu tampak terkejut dengan inisiatif Alex, dia menyambutnya dengan ramah. Aku pun terkejut melihat aksi Alex, ternyata dia benar-benar serius. Ah, dunia ini memang penuh dengan kejutan, jadi kita harus menikmati setiap momennya.
Dari tempat dudukku di bar, aku melihat Alex dengan lancar mengalirkan percakapan dengan lelaki paruh baya yang tampaknya berasal dari negara luar. Dalam percakapan yang mengalir lancar, Alex dan lelaki itu sepertinya berbagi cerita dan tawa. Alex dengan cepat membuat lelaki itu tertarik hingga lelaki tersebut memegang tangannya. Aku melihat mereka saling bertatap dalam kenyamanan, meskipun mereka berbeda usia, mereka tampak melebur dalam kehangatan dan kemeriahan malam, merasakan kedekatan yang melampaui batasan-batasan tersebut.
Ketika malam berlanjut, aku yang masih duduk di bar dengan red wine, memperhatikan Alex dan lelaki paruh baya itu semakin dekat. Mereka saling bertukar nomor telepon, berpelukan, dan akhirnya lelaki tersebut memeluk tubuh Alex, kemudian mencium bibirnya. Oh my God ! Apa  yang baru saja aku lihat barusan. Aku terkejut dengan tindakan itu, melihat Alex berpelukan dengan penuh kasih dengan lelaki paruh baya itu. Apakah dia ? Ah sudahlah, itu tidaklah terlalu penting bagiku, dan aku pun tak ingin bertanya, aku menghormati privasi Alex. Setiap individu memiliki hak untuk mempertahankan privasi mereka, termasuk dalam hal orientasi seksual mereka. Jika Alex tidak mengungkapkan itu kepadaku, maka menurutku yang terbaik adalah tidak membuat asumsi atau menggali lebih jauh tentang hal tersebut. Hal ini penting untuk menjaga persahabatanku dengannya.
Kemudian aku memalingkang pandanganku ke arah Muharman, dia dengan kepercayaan diri yang memikat, mengajak seorang perempuan menari di tengah lantai dansa. Mereka berdua terlihat menikmati momen itu, tertawa dan berbicara dengan penuh semangat, sementara dunia di sekitar mereka seolah berputar lebih lambat. Muharman sepertinya menemukan koneksi dengan seorang perempuan yang diajaknya di lantai dansa. Pelukan dan percakapan yang mereka bagikan sepertinya telah menciptakan momen intim di tengah gemerlapnya suasana malam.
Saat malam berlanjut, aku merasa semakin melayang di awan kebahagiaan yang semu, terombang-ambing oleh arus minuman beralkohol yang terus mengalir. Namun, di antara sorotan lampu dan dentuman musik, kita bertiga menemukan kesempatan untuk melupakan beban hidup sejenak, menemukan koneksi dengan orang-orang di sekitar kita, dan mengejar kenikmatan dalam momen yang singkat.
Saat Muharman dan Alex mendekatiku dan mengajakku ke lantai dansa, suasana semakin hidup dengan energi yang membara. Mereka mengundangku untuk berbagi momen kegembiraan dan kebersamaan di tengah gemerlap lampu dan irama musik yang menggema di lantai dansa.
"Come on, Prana, time for happy malam ini!" ajak Alex sambil menarik lenganku.
"Jangan seperti putra Sultan Jawa deh, jadi pendiam begitu," tambah Muharman dengan canda.
"Okay, okay," jawabku sambil melangkah mengikuti mereka, siap untuk menikmati malam yang penuh semangat.
Ketika malam semakin larut dan suasana Atlas Beach Club mencapai puncaknya, energi di sekitar kami semakin membara. Lampu berkelap-kelip dan musik yang menggema membuat kegembiraan yang tak tertandingi. Aku, Alex, dan Muharman merasakan kebersamaan yang mendalam, seolah-olah dunia luar lenyap dalam keceriaan malam itu. Kami menari, tertawa, dan menikmati setiap detik dari pengalaman yang begitu hidup.
Tiba-tiba, dalam kemeriahan malam itu, lelaki paruh baya asing yang tadi berbicara dengan Alex mendekatinya dan memeluknya dari belakang. "Hey, do you want to come to my villa?" tanyanya, masih memeluk Alex. "Oppss!." seru Alex. Aku dan Muharman terkejut melihat situasi itu.
"Hayo lanjut, Alex, tuh dia sudah tidak tertahan ingin bersamamu!" ledek Muharman. Aku hanya tersenyum.
"So, are you okay if I go back with this bule ?" tanya Alex. Kami mengangguk bersama, memberikan persetujuan.
"Thank you, bro," timpal lelaki asing itu dengan senyum puas.
Setelah Alex berpamitan dengan aku dan Muharman, dia meninggalkan kami berdua. Aku melihatnya merebahkan kepalanya ke pundak lelaki asing itu sambil mereka berjalan menjauh dari kami. Saat punggung mereka semakin jauh, aku dan Muharman saling bertukar pandang, menyadari bahwa malam ini telah menghadirkan pengalaman yang tak terduga dan penuh warna.
Di lantai dansa, hanya aku dan Muharman yang tersisa. Aku terdiam, masih terbayang pemandangan yang baru saja kulihat dari Alex.
"Hey, kenapa diam?" tanya Muharman, membuyarkan lamunanku.
"Mari kita minum lagi di bar," lanjutnya mengajakku, dan aku mengikuti langkahnya dengan perlahan. Sementara aku melihat Muharman berjalan dengan santai, menggoyangkan tubuhnya menuju bar.
Setelah kami duduk kembali di bar, Muharman berkata kepada bartender, "Dua gelas, Rum dengan es please."
"Oh, jangan, Muharman. Saya sepertinya sudah cukup melayang ini," kataku, merasa agak mabuk.
"Ah, sudah, kita minum sama-sama," ajak Muharman dengan senyum. Bartender lalu menyajikan minuman kepada kami, dan kami bersulang, merayakan malam yang penuh warna.
"Aduh, apaan ini, Muharman?" tanyaku sambil mencicipi minuman yang terasa asing.
"Enjoy, brother, asikin saja," jawab Muharman sambil tertawa.
Kami berdua tertawa, dan aku mulai menikmati minuman yang diberikan oleh Muharman. Walaupun jujur aku belum pernah merasakan minuman ini, rasa tawa dan canda Muharman membuat suasana semakin hidup dan menyenangkan. Kehangatan persahabatan kami menyelimuti malam itu, menjadikannya tak terlupakan meski dengan minuman yang asing.
***
Sementara di tempat berbeda, Alex yang telah tiba bersama lelaki asing itu di vila mulai merasakan suasana yang berbeda. Di tengah keheningan vila yang jauh dari keramaian, Alex menikmati kenyamanan dan keintiman yang ditawarkan tempat tersebut. Mereka berbincang santai sambil menikmati suasana malam yang tenang, seolah-olah dunia luar telah lenyap, meninggalkan hanya kedekatan dan ketenangan di antara mereka. Kemudian, lelaki asing itu mengajak Alex berenang di kolam renang vila. Mereka menuju kolam yang diterangi cahaya lembut bulan. Suasana malam yang tenang dan air yang menyegarkan menambah keintiman momen mereka, menjadikan malam itu semakin istimewa dan penuh kehangatan.
Air yang jernih memantulkan cahaya bulan, menciptakan suasana romantis dan menenangkan. Mereka saling berbagi cerita sambil menikmati sensasi dingin air, dan kedekatan yang terjalin semakin mendalam dalam momen yang penuh keintiman.
Suasana menjadi hening sejenak saat Alex bertanya, "Where do you come from?"
"I'm from France," jawab lelaki itu. "And you?"
"From Bandung, West Java," kata Alex sambil tersenyum.
Setelah saling bertukar informasi, lelaki itu kemudian terdiam, memandang wajah Alex dengan penuh perhatian, lalu memeluknya erat.
"Oops, that too fast," kata Alex sambil tertawa ringan. "I think, You're drunk," tambahnya dengan canda, sambil membalas pelukan lelaki itu dengan hangat.
"Yes, I'm drunk," kata lelaki itu sambil tersenyum. "But drunk with your love tonight." Mereka berdua tertawa, merasakan kedekatan yang semakin mendalam dalam kehangatan malam.
"By the way, what's your name?" tanya lelaki asing itu.
"Alex," jawab Alex cepat.
"And, You?" tanya Alex lagi
"It doesn't matter what my name is, I am your love," jawab lelaki itu dengan penuh percaya diri. Mereka berdua tertawa lagi, menikmati momen penuh keintiman di bawah sinar bulan.
Sambil melakukan percakapan, mereka mengapung santai di air, menikmati suasana yang tenang sambil saling mendekat. Lelaki asing itu memandang Alex lagi dengan tatapan lembut. "You know, I don't usually believe in love at first sight," katanya dengan nada serius, tetapi senyum tipis di wajahnya mengungkapkan maksudnya.
Alex tertawa ringan. "Oh, so what made you change your mind tonight?"
"Well," lelaki itu menjawab sambil tersenyum, "I thought maybe it was the effect of the  strong drink."
Alex tertawa terbahak-bahak, "Oh, so you think I'm a side effect of your drink?"
"More like an unexpected bonus" kata lelaki itu sambil menarik Alex lebih dekat ke tubuhnya, "and  to be better than I expected." lanjutnya dengan suara yang lembut.
Alex menatap wajah lelaki asing itu dengan tatapan serius dan tertawa kecil, "So, is this your way of saying that I'm part of the menu tonight?"
Lelaki asing itu pura-pura berpikir sejenak. "Hmm, maybe. But honestly, you're way tastier than any cocktail I've tried."
Alex tertawa lagi, senang dengan humor dan kehangatan lelaki itu. "You really have a unique way of making me laugh."
Lelaki itu memeluk Alex dengan lembut, "And I hope, we can continue to create moments like this.."
Mereka saling memandang dengan penuh keintiman, dan dalam keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara air yang lembut, mereka berbagi ciuman lembut di bawah sinar bulan. Ciuman itu, seperti penuh dengan rasa hangat dan ketulusan, menyegel kedekatan yang baru mereka temukan, membuat malam itu terasa semakin istimewa dan terasa bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H