Mohon tunggu...
Andradika Fasya
Andradika Fasya Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotlier yang suka nulis, hidup di Bali dan Brussels.... IG :@andfasya FB: Andadrika Fasya Syamun

hotelier yang suka nulis, hidup di Bali dan Brussels.... IG :@andfasya FB: Andadrika Fasya Syamun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhir Cerita Cinta

16 Mei 2024   09:19 Diperbarui: 10 Juli 2024   12:35 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Air France yang ditumpangi Riana akhirnya landing di Aeroport Paris -- Charles De Gaulle Paris. Bandar udara internasional yang sangat modern menyambut kedatangannya. Mimpinya ada di depan mata . Di negeri romantis se dunia ini Riana, akan menjemput impiannya.

Perjalanan di udara hampir 18 jam seperti terbayarkan saat ini. "Francais, je suis venu, paris moi ici accuellie mon amour "

Akan ditumpahkannya rasa rindu melalui pelukan hangat, ketika Pascal menjemput dirinya di airport. "Pascal, tu me manques, je t'attends ici" Riana bergumam dalam hatinya. Riana melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar kedatangan

"Bienvenue a Paris " salah satu pegawai imigrasi air port berkata kepada Riana

" Are you speak english or French" tanya pegawai imigrasi air port

"Both " jawab Riana, sambil mengeluarkan dokumen perjalanannya

"Quel est votre objectif d'aller en France?" tanya pegawai Imigrasi lagi

"Vacances et rencontrer mon bien-aim" jawab Riana lagi, tersenyum

"Ah oui, bienvenue pour rencontrer votre petite amie, " pegawai imigrasi membalas tersenyum

"Merci"

***

Pascal Noos, itulah namanya, lelaki Prancis, ketika tanpa sengaja bertemu di sebuah toko buku di Jakarta.

"Hey, you drop something," kalimat itulah yang membuat  Riana dan Pascal bertemu, Riana yang tak sengaja menjatuhkan buku di display sebuah toko buku di bilangan Plaza Senayan.

"Ah, are You calling me, is there something wrong with, Me?" Riana menoleh

Pascal hanya mengganggukan kepalanya, tersenyum, jari telunjuknya menunjuk ke arah lantai dimana buku yang terjatuh tergeletak disana. Dengan segera, Riana memungut buku yang telah terjatuh dan menatanya kembali ke tempat semula.

"Thanks, " ucap Riana, seraya melangkahkan kakinya meninggalkan Pascal.

Pikirannya mengembara mengenang awal perjumpaanya dengan Pascal. Riana rasanya ingin kembali mengulang masa pertemuan itu, sungguh manis dan ternyata tuhan mempertemukan tanpa kebetulan  Namun semuanya tak mungkin terulang lagi.

"Pascal, aku benar-benar rindu kamu " ucap Riana lirih, melanjutkan langkahnya menuju pintu kedatangan di bandara .

"Ya Allah aku merindukan, Pascal, dan hari ini aku menjemput impian dan cinta yang selama ini terajut"  dia meberhentikan langkahnya seraya mengangkat wajahnya keatas dan matanya mulai berkaca-kaca

Riana, telah duduk hampir satu jam dan mengambil posisi duduk di sebuah kafe di air port yang bertuliskan brioche doree. Dipesannya sebuah soft drink dengan gelas kaca dan pastries, orang-orang bilang Prancis gudangnya makanan, apalagi kalau ke boulangeri, hmmm berbagai varian cakes, cookies dan roti ada disana, dan rasanya tidak perlu dipertanyakan .

 

Detik waktu terus merayap, hatinya gusar, gelisah menghampiri pikirannya. Dilihatnya jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya menujukan angka 6 sore. "Pascal kamu dimana, kenapa kamu belum menjemputku " ucapnya lirih. Kerinduannya begitu hebat, membuncah sehingga detak jantungnya berdegup kencang, nadinya berdenyut cepat.

***

Langit mulai berwarna kemerahan, oranye, dan ungu, menciptakan pemandangan yang memukau, namun sang pujaan hati belumlah hadir menjawab kegelisahannya. Dia ingin berteriak, tapi mana mungkin kafe ini sesak dipenuhi orang-orang. Pikirannya mulai terpusat pada satu titik akan kehadirannya Pascal.

Pikirannya mulai terhasut oleh perasaan-perasaan buruk sangka, mulai memasuki kerumitan, bahkan sekarang dia mulai masuk tahap kebingungan untuk melakukan sesuatu. Jemarinya saling meremas, mensiratkan kekesalan yang menggunung.

***

Angin dingin bulan desember mulai menyambangi tubuhnya yang kurus dan mungil ketika melangkahkan kakinya keluar kafe itu. Jaket tipis yang dikenakannya tampak tak mampu menghalau gigitan dingin yang menyusup hingga ke tulang. Langit senja berwarna kelabu, mencerminkan suasana hatinya yang sepi dan penuh kerinduan. Riana menarik syal di lehernya lebih erat, untuk menutupi lehernya agar tidak tersentuh oleh dinginnya udara winter, pikirannya melayang pada kenangan-kenangan masa lalu bersama Pascal. Dilihatnya kembali jam yang melingkar di pergelangan tangannya "Pascal kok belum juga sampai di bandara" ucapnya dalam hati. Sambil menyeret travel bag-nya menuju ke sebuah kursi panjang yang terbuat dari besi, dia berhenti dan merebahkan tubuhnya. Raganya memang di kursi itu namun pikirannya mengembara akan sosok lelaki yang ditunggunya. Bibirnya mulai terkunci, diam, mengisaratkan dia tak sanggup untuk mengeluarkan kalimat dari mulutnya.

"Riana, my dear " tiba tiba terdengar sapa seseorang memanggil namanya. Dicarinya sumber suara itu, matanya dialihkan ke sekeliling, mencari sosok yang menyebut namanya barusan, ternyata sesosok lelaki yang dinantinya seharian sudah ada di depan matanya. Hati Riana berdegup kencang, saat melihat Pascal sudah dihadapannya.  

" Pascal " lirih suaranya pelan terdengar sembari berdiri.

"Riana, are you okay?" tanya Pascal, menatap Riana dengan tatapan matanya yang tajam dan senyuman. Namun Pascal tidak sendiri, dia bersama perempuan yang berkulit gelap, berambut panjang dan bermata bulat. Dipeluknya dengan penuh kerinduan tubuh Pascal. Rasa rindu dan letih terbayarkan, disandarkannya kepala Riana kepada pundak Pascal, sebagai bentuk kerinduannya, namun, sang pangeran cintanya tak membalas pelukan itu. Kehangatan pelukan Pascal telah sirna, Pascal mematung, diam seribu bahasa. Hati Riana semakin berdegup kencang, cemas dan bingung oleh reaksi Pascal yang tidak seperti biasanya.

"Pascal?" bisik Riana lirih, suaranya nyaris tak terdengar. Ia mengangkat kepalanya perlahan, menatap wajah Pascal yang kaku dan matanya yang tampak kosong.

Pascal menarik napas dalam-dalam, seolah berusaha mengumpulkan kekuatan untuk berkata-kata. "Riana....." ujarnya, suaranya terdengar berat dan penuh beban.

"Qui est cette femme ?" tanya Riana, seraya melepaskan pelukannya

"Assez, vous n'avez plus besoin de m'expliquer." ini sungguh mengejutkan pemandangan Riana, Pascal menjemput dirinya bersama perempuan lain.

" chrie, je veux l'expliquer " ucap Pascal

"Je ne suis plus un enfant, je sais ce que tu veux dire!!" kaki Riana, mulai digerakan kebelakang menjauh satu langkah dari hadapan Pascal. Perempuan yang ada dihadapan Riana, diam dan kaku, tak sedikitpun mengeluarkan kata-kata.

Impian dan Kerinduan yang selama ini dipupuk oleh Riana, hancur, dadanya sesak seperti tersayat sembilu. Raganya seperti hancur, luluh lantak, jiwanya terbakar bara api yang begitu panas.

"Cherie, Je suis mari et il est ma femme, pardonne-moi, et nous invitons ce mariage et aussi pour tes vacances". Riana seperti tersambar petir, mendengar kalimat yang diungkapkan oleh Pascal, kalimat itu menodai atas agungnya cinta Riana, kepada Pascal. Cahaya cintanya telah redup. Semuanya telah hancur.

Dirinya hancur seperti serpihan kaca yang pecah di lantai!!. Keagungan cinta dan sucinya cinta Riana, telah ternodai!. Riana, tidak menyesal walau ini sebuah kerumitan dan akhirnya terjawab sudah. Namun, rasa sakitnya menohok hingga ke ulu hatinya, rasa sakit hati yang di deritanya tak bisa di obati dengan obat apa pun. Malam ini, menjadi bukti bahwa semua ini memang nyata bukan mimpi. Ini nyata tentang cinta yang harus berakhir, walau pun ini tak mudah bagi Riana, untuk melupakannya nanti.

" Pascal Noos, betapa hancur hatiku sekarang!!" Riana berjalan melintasi Pascal menuju parkiran taxi bandara dan pergi meninggalkan Pascal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun