"Qui est cette femme ?" tanya Riana, seraya melepaskan pelukannya
"Assez, vous n'avez plus besoin de m'expliquer." ini sungguh mengejutkan pemandangan Riana, Pascal menjemput dirinya bersama perempuan lain.
" chrie, je veux l'expliquer " ucap Pascal
"Je ne suis plus un enfant, je sais ce que tu veux dire!!" kaki Riana, mulai digerakan kebelakang menjauh satu langkah dari hadapan Pascal. Perempuan yang ada dihadapan Riana, diam dan kaku, tak sedikitpun mengeluarkan kata-kata.
Impian dan Kerinduan yang selama ini dipupuk oleh Riana, hancur, dadanya sesak seperti tersayat sembilu. Raganya seperti hancur, luluh lantak, jiwanya terbakar bara api yang begitu panas.
"Cherie, Je suis mari et il est ma femme, pardonne-moi, et nous invitons ce mariage et aussi pour tes vacances". Riana seperti tersambar petir, mendengar kalimat yang diungkapkan oleh Pascal, kalimat itu menodai atas agungnya cinta Riana, kepada Pascal. Cahaya cintanya telah redup. Semuanya telah hancur.
Dirinya hancur seperti serpihan kaca yang pecah di lantai!!. Keagungan cinta dan sucinya cinta Riana, telah ternodai!. Riana, tidak menyesal walau ini sebuah kerumitan dan akhirnya terjawab sudah. Namun, rasa sakitnya menohok hingga ke ulu hatinya, rasa sakit hati yang di deritanya tak bisa di obati dengan obat apa pun. Malam ini, menjadi bukti bahwa semua ini memang nyata bukan mimpi. Ini nyata tentang cinta yang harus berakhir, walau pun ini tak mudah bagi Riana, untuk melupakannya nanti.
" Pascal Noos, betapa hancur hatiku sekarang!!" Riana berjalan melintasi Pascal menuju parkiran taxi bandara dan pergi meninggalkan Pascal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H