Mohon tunggu...
Andradika Fasya
Andradika Fasya Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotlier yang suka nulis, hidup di Bali dan Brussels.... IG :@andfasya FB: Andadrika Fasya Syamun

hotelier yang suka nulis, hidup di Bali dan Brussels.... IG :@andfasya FB: Andadrika Fasya Syamun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhir Cerita Cinta

16 Mei 2024   09:19 Diperbarui: 10 Juli 2024   12:35 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Detik waktu terus merayap, hatinya gusar, gelisah menghampiri pikirannya. Dilihatnya jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya menujukan angka 6 sore. "Pascal kamu dimana, kenapa kamu belum menjemputku " ucapnya lirih. Kerinduannya begitu hebat, membuncah sehingga detak jantungnya berdegup kencang, nadinya berdenyut cepat.

***

Langit mulai berwarna kemerahan, oranye, dan ungu, menciptakan pemandangan yang memukau, namun sang pujaan hati belumlah hadir menjawab kegelisahannya. Dia ingin berteriak, tapi mana mungkin kafe ini sesak dipenuhi orang-orang. Pikirannya mulai terpusat pada satu titik akan kehadirannya Pascal.

Pikirannya mulai terhasut oleh perasaan-perasaan buruk sangka, mulai memasuki kerumitan, bahkan sekarang dia mulai masuk tahap kebingungan untuk melakukan sesuatu. Jemarinya saling meremas, mensiratkan kekesalan yang menggunung.

***

Angin dingin bulan desember mulai menyambangi tubuhnya yang kurus dan mungil ketika melangkahkan kakinya keluar kafe itu. Jaket tipis yang dikenakannya tampak tak mampu menghalau gigitan dingin yang menyusup hingga ke tulang. Langit senja berwarna kelabu, mencerminkan suasana hatinya yang sepi dan penuh kerinduan. Riana menarik syal di lehernya lebih erat, untuk menutupi lehernya agar tidak tersentuh oleh dinginnya udara winter, pikirannya melayang pada kenangan-kenangan masa lalu bersama Pascal. Dilihatnya kembali jam yang melingkar di pergelangan tangannya "Pascal kok belum juga sampai di bandara" ucapnya dalam hati. Sambil menyeret travel bag-nya menuju ke sebuah kursi panjang yang terbuat dari besi, dia berhenti dan merebahkan tubuhnya. Raganya memang di kursi itu namun pikirannya mengembara akan sosok lelaki yang ditunggunya. Bibirnya mulai terkunci, diam, mengisaratkan dia tak sanggup untuk mengeluarkan kalimat dari mulutnya.

"Riana, my dear " tiba tiba terdengar sapa seseorang memanggil namanya. Dicarinya sumber suara itu, matanya dialihkan ke sekeliling, mencari sosok yang menyebut namanya barusan, ternyata sesosok lelaki yang dinantinya seharian sudah ada di depan matanya. Hati Riana berdegup kencang, saat melihat Pascal sudah dihadapannya.  

" Pascal " lirih suaranya pelan terdengar sembari berdiri.

"Riana, are you okay?" tanya Pascal, menatap Riana dengan tatapan matanya yang tajam dan senyuman. Namun Pascal tidak sendiri, dia bersama perempuan yang berkulit gelap, berambut panjang dan bermata bulat. Dipeluknya dengan penuh kerinduan tubuh Pascal. Rasa rindu dan letih terbayarkan, disandarkannya kepala Riana kepada pundak Pascal, sebagai bentuk kerinduannya, namun, sang pangeran cintanya tak membalas pelukan itu. Kehangatan pelukan Pascal telah sirna, Pascal mematung, diam seribu bahasa. Hati Riana semakin berdegup kencang, cemas dan bingung oleh reaksi Pascal yang tidak seperti biasanya.

"Pascal?" bisik Riana lirih, suaranya nyaris tak terdengar. Ia mengangkat kepalanya perlahan, menatap wajah Pascal yang kaku dan matanya yang tampak kosong.

Pascal menarik napas dalam-dalam, seolah berusaha mengumpulkan kekuatan untuk berkata-kata. "Riana....." ujarnya, suaranya terdengar berat dan penuh beban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun