Mohon tunggu...
andra nuryadi
andra nuryadi Mohon Tunggu... Konsultan - bekerja 20 tahun lebih di media, memiliki laboratorium kreativitas konten

Creative Addiction; Media Practitioner; Journalist

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Putri Handayani dan Gunung Vinson

25 Januari 2025   16:41 Diperbarui: 27 Januari 2025   07:32 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga hari lamanya cuaca berkabut di Union Glacier Camp Antarktika. Menunggu cuaca bagus bisa menjadi kegiatan membosankan. "Untung di Union Glacier banyak kegiatan. Bisa naik sepeda, ke gym, makanannya juga enak," terang Putri Handayani, pendaki yang tengah mengejar impiannya menjadi petualang Indonesia pertama yang meraih gelar The Explorer's Grand Slam.

Itu terjadi di awal tepatnya pada 1-3 Januari 2025 silam. Begitulah kondisi cuaca benua paling ekstrim di belahan selatan bumi. Setahun silam keangkuhannya membuyarkan upaya perempuan peraih MBA dari Pittsburgh University, Pennsylvania, Amerika Serikat ini menggapai puncak Gunung Vinson di Antarktika.

Namun pagi pada 4 Januari 2025 agaknya cuaca mulai melunak. Putri bersama beberapa pendaki dari berbagai belahan dunia lekas terbang menuju  Vinson Base Camp (2.152 mdpl).

Gunung Vinson, puncaknya berada di ketinggian 4.892 meter di atas permukaan laut, dikenal sebagai salah satu tantangan terbesar bagi para pendaki dunia. Karena letaknya yang mendekati Kutub Selatan, tekanan udara di gunung ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan gunung-gunung di lokasi lain yang lebih jauh dari Kutub Selatan dengan ketinggian yang sama.

Sederhananya, tekanan udara di puncak Gunung Vinson ekuivalen dengan gunung-gunung yang ketinggiannya 500 sampai 1.000 mdpl lebih tinggi di sekitar garis khatulistiwa.

Gunung yang terletak di benua terdingin di bumi ini juga mempunyai cuaca yang tidak menentu dan sulit dijangkau menjadikannya sebagai salah satu puncak tersulit dalam daftar The Seven Summits.

BASE CAMP KE LOW CAMP

Pendakian dimulai dari Vinson Base Camp yang berfungsi sebagai pusat logistik dan titik aklimatisasi awal. Di sini, pendaki mempersiapkan perlengkapan seperti crampons, tali, dan sled (papan luncur yang ditarik pendaki untuk membawa beban). Namun mengingat waktu yang semakin pendek, dan ramalan cuaca mengatakan di atas tanggal 9 Januari 2025 kemungkinan situasinya tidak lagi ramah.

Dok. JelajahPutri
Dok. JelajahPutri

Meski Putri sudah cukup kenyang dengan segala teknik dan pengelolaan pendakian gunung es dan salju, toh ia tetap harus mengantisipasi setiap kemungkinan terburuk. Ia punya pengalaman soal ini saat melakukan pendakian di Gunung Denali, Alaska, Amerika Serikat tiga tahun silam. Dalam perjalanan turun dari puncak ia terperosok ke jurang yang cukup dalam.

Setengah hari di tanggal 4 Januari 2025 itu ia habiskan untuk mengenali "penantang"-nya, salju dan cuaca khas Kutub Selatan. Keesokan harinya pada 5 Januari 2025, ia bersama pendaki lain bergerak dari  menuju Low Camp (atau dikenal dengan Camp 1) melalui Branscomb Glacier. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 6 jam. Jalur ini relatif landai, tetapi penuh dengan tantangan.

Syukur, "cuaca bagus banget, suhu sekitar minus 6 derajat Celcius dan tidak berangin," tulis Putri lewat pesan singkat dari telepon satelit sehingga kami dapat memantau setiap aktivitas dan kondisinya.

Tim memutuskan dua hari menginap dan beristirahat di Low Camp (2.865 mdpl). Selama itu pula ia bersama pendaki lainnya melakukan latihan SRT (single rope technique) yang berguna untuk melewati fixed line di etape berikutnya. Pendakian dari Low Camp menuju High Camp alias etape 2 boleh disebut tantangan terberat dari pendakian Gunung Vinson.

"Kami juga mengorganisasi lagi barang-barang yang akan dibawa ke High Camp," tambahnya. Makan malam juga dilakukan lebih awal sekaligus memastikan nutrisi dan hidrasi pendaki tetap terjaga.

LOW CAMP KE HIGH CAMP

Pada 7 Januari 2025, pukul 13.30, perempuan penggagas gerakan Jelajah Putri ini bersama tim pendaki mulai bergerak menuju High Camp yang berada di ketinggian 3.858 mdpl. Beban yang dibawa Putri sendiri mencapai 20 kg.

Dok. JelajahPutri
Dok. JelajahPutri

Sementara medannya juga sangat menguras tenaga. Peningkatan elevasi (elevation gain) mencapai 1.000 meter. Termometer menunjuk angka bervariasi antara minus 20 hingga minus 25 derajat Celcius. Kendati demikian semangatnya tak kendur.

"Alhamdulillah cuaca sangat cerah. Tanpa angin. Tidak seperti tahun lalu," ujarnya.

Informasi cuaca begitu penting untuk pendakian Gunung Vinson. Selagi cuaca masih bersahabat pendaki akan memanfaatkan sebaik-baiknya untuk menambah ketinggian. Tepat pukul 20.30 waktu setempat Putri akhirnya mencapai High Camp. Butuh waktu 7,5  jam pendakian dari Low Camp ke High Camp. "Bagian terberat dari pendakian ini sudah terlewati," ujarnya setengah lega.

Kami lega menerima pesan teks yang ia kirim lewat layanan Garmin Messenger. Beda waktu dengan Jakarta sekitar 10 jam lebih lama. Di Jakarta sudah tanggal 8 Januari 2025, ketika beberapa kawan dari media menanyakan status pendakian Putri Handayani.

Thanks to media. Mereka rupanya mengikuti dan antusias, setelah sebelumnya mendapat rilis keberangkatan misi pendakian ini. Juga up date yang aktif di media sosial Jelajah Putri.

HIGH CAMP KE PUNCAK GUNUNG VINSON

Hari berganti. Di High Camp Gunung Vinson masih tanggal 8 Januari 2025. Pagi cuaca bagus. Matahari menyinar terang, meski suhu udara tetap saja minus. Putri Handayani bergegas menyiapkan pendakian etape menuju puncak Gunung Vinson. Pukul 11.00 waktu setempat rombongan pendaki mulai bergerak. Semakin tinggi dan semakin turun pula suhu udara.

Dok. JelajahPutri
Dok. JelajahPutri

Jam demi jam berlalu. Puncak gunung sudah terlihat tetapi masih membutuhkan pendakian beberapa jam lagi. Lepas pukul 18.00 titik tertinggi di Antarktika itu semakin dekat. Dan, 30 menit kemudian, pukul 18.30 waktu Punta Arenas, Chile, tidak ada lagi tanjakan. Itu artinya ia telah berada di ketinggian 4.892 mdpl, puncak Gunung Vinson!

Perasaan campur aduk. Bendera merah putih dikeluarkan dan dikibarkan. Terakhir sang saka berkibar pada 7 tahun silam. Tahun 2025, Putri Handayani mengibarkan kembali.

"Alhamdulillah, jerih payah saya terbayar. Saya lupakan lelah. Saya dorong diri saya setinggi-tingginya agar bisa mengibarkan merah putih. Ini kado untuk seluruh rakyat Indonesia di awal tahun 2025," kata Putri.

Sekitar 30 menit berada di puncak. Salah satu bakti kepada negara tuntas di Gunung Vinson. Tak bisa berlama-lama lagi. Suhu mulai turun mencapai minus 35 derajat Celcius.

Putri bersama pendaki lainnya bergegas turun menuju High Camp. Perjalanan turun lebih cepat, membutuhkan waktu 4 jam.

Namun, tengah malam itu cuaca di High Camp mulai menunjukkan gelagat kurang bagus. "Sedikit angin dan badai ringan di sekitar High Camp," kata Putri.

Tim hanya beristirahat sebentar. Kemungkinan cuaca akan lebih buruk. Pada 9 Januari 2025, seluruh pendaki  turun ke Base Camp.

EVEREST DAN KUTUB UTARA

Putri Handayani sukses menggenapi target ke-7 dari 9 target meraih gelar The Explorer's Grand Slam pertama orang Indonesia. Selanjutnya menunggu target berikutnya yaitu Gunung Everest dan Kutub Utara.

Dok. JelajahPutri
Dok. JelajahPutri

Semestinya titik Kutub Utara sudah ia jejakkan pada 2023. Namun ekspedisi itu gagal sebagai dampak dari situasi politik kawasan. "Norway Aviation tidak mengizinkan Barneo AG terbang makanya ekspedisi di-cancel," ujar Putri yang alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia itu.

Sementara Barneo AG satu-satunya perusahaan yang memiliki layanan perjalanan Kutub Utara. Barneo AG juga operator Barneo Ice Camp. Barneo AG sejatinya perusahaan Rusia yang beroperasi sejak 2002 di Longyearbyen, Svalbard, Norwegia. Walaupun kepemilikannya per hari ini adalah warga Swedia. Karena berbagai alasan geopolitik itu pula membuat ruang gerak Barneo AG agak terbatas.

April 2024 kondisi politik agak melunak. Putri bahkan sudah terbang dan transit di Doha, Qatar. Baru saja ia turun ke apron bandara mendadak sebuah email masuk. Barneo AG memberitakan  kalau landasan pesawat terbang di Barneo Ice Basecamp, Arktik tidak lumer dan rusak. Karena itu perjalanan Kutub Utara merupakan ekspedisi paling situasional

Setiawan Djody, penguasaha kawakan yang hadir saat sesi berbagi kisah takjub mendengarnya. Sampai kemudian ia menjanjikan menjadi sponsor misi The Explorer's Grand Slam Putri Handayani berikutnya. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun