Sementara itu, harimau semakin gemetar ketakutan saat pintu kandang berhasil dibuka.
“Bagaimana ini? Aku harus bagaimana?” bisik harimau, “Te—tempias akan masuk ke dalam kandang… mengerikan. Satu tubuh dua suara, empat tangan,”
Harimau benar-benar ketakutan. Terlebih saat empat bayangan tangan seolah menggapai-gapai ke dalam kandang. Dan ia hanya melihat satu bayangan kepala saja.
“Kenapa lama sekali?” bisik pencuri di belakang.
“Ahh, terlalu sempit. Singkirkan tanganmu, biar dua tangan saja,” kata pencuri di depan.
“Cepat. Pilih saja satu yang gemuk,” ujar pencuri di belakang, saat itu ia melihat nyala pelita di celah dinding rumah Pak Gembala.
Harimau tak bisa berhenti menggigil, dua tangan meraba-raba tubuhnya. Ingin mengaum, suaranya seolah hilang entah ke mana.
Pencuri di depan merasa menyentuh tubuh gemuk, besar, dan berbulu tebal. Dan merasa itu adalah kambing terbaik yang ada. Hingga tanpa pikir panjang langsung menariknya, ia tidak tahu jika yang ditarik keluar dan langsung dibungkus ke dalam karung adalah seekor harimau.
“Ayo cabut. Aku sudah mendapatkan yang gemuk,” ajak pencuri di depan.
Kedua pencuri menggotong karung berisi harimau. Berlari ke dalam hutan.