Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Tempias

7 November 2015   12:23 Diperbarui: 7 November 2015   12:23 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ando Ajo, no urut: 33.

Di kaki Gunung Singgalang, hiduplah suami-istri penggembala kambing. Mereka tinggal di rumah yang dindingnya terdiri dari susunan papan.

Suatu sore, sang suami pulang dari menggembalakan kambingnya. Ia menggiring kambing-kambing ke dalam kandang, menutup rapat-rapat pintunya. Langit terlihat kelam, mendung. Gerimis turun, sebentar lagi akan turun hujan lebat.

Pak Gembala sedang bercakap-cakap dengan istri. Dan tidak mengetahui, seekor harimau besar menguping di samping rumah.

“Suamiku,” panggil sang istri. “Apa kandangnya sudah ditutup rapat?”

“Sudah,” jawab Pak Gembala.

“Baguslah,” sahut istrinya. “Belakangan ini banyak harimau berkeliaran, aku takut kambing-kambing kita dimakan mereka.”

“Yang aku takutkan…” ujar Pak Gembala. “Bukan harimau!”

Dipersembunyiannya, harimau besar terkejut. Pak Gembala tidak takut terhadap dirinya. Lalu pada siapa? Bukankah selama ini dia sang raja hutan lah yang ditakuti semua makhluk? Penasaran, harimau semakin merapatkan kupingnya ke dinding.

“Tapi, tempias,” kata Pak Gembala.

Harimau besar termangu, ia belum pernah mendengar ataupun melihat makhluk bernama tempias. “Seperti apa rupa Tempias itu?” bisik harimau. “Manusia itu tidak takut padaku, tapi pada Tempias…”

Hujan turun. Harimau mengendap-endap menuju kandang kambing. Memutuskan untuk menyelidik, mencari tahu siapa itu tempias? Begitu masuk kandang, para kambing gemetar ketakutan.

“Kak Harimau, jangan makan kami,” pinta para kambing.

“Jangan berisik!” seru harimau. “Apa kalian tidak tahu, Tempias mau datang? Aku akan melawannya, manusia itu lebih takut kepada Tempias daripadaku. Ini tidak bisa dibiarkan,”

Kambing-kambing terdiam. Mereka ingin memberi tahu pada harimau, tempias adalah percikan air hujan, itu akan membuat para kambing terserang demam tinggi, dan mati. Lantaran para kambing ketakutan dihardik harimau, jadilah kambing-kambing itu diam saja.

 

Malam semakin larut dan hujan semakin lebat. Harimau yang kelaparan memaksakan diri berjaga di dalam kandang, menunggu tempias datang untuk mencuri kambing. Tepat tengah malam, dua orang pencuri mengendap-endap mendekati kandang.

Kedua pencuri tersebut telah lama mengintai, mencari kesempatan untuk mencuri kambing milik Pak Gembala. Malam ini adalah saatnya, sebab hujan lebat menambah suasana semakin gelap.

Harimau mendengar langkah kaki mendekat, nyali sang harimau menjadi ciut ketika mendengar dua suara yang berbeda. Karena terlalu gelap, harimau tidak bisa melihat dengan jelas. Yang bisa ia lihat ada satu tubuh dengan dua suara berbeda—sebenarnya, karena dua pencuri melangkah beriringan.

“Tidak salah lagi, itu pasti Tempias…” Harimau menggigil.

Di luar, pencuri di belakang berbisik kepada temannya. “Cepat, buka pintunya,”

“Sebentar, terlalu gelap,” jawab pencuri di depan.

Sementara itu, harimau semakin gemetar ketakutan saat pintu kandang berhasil dibuka.

“Bagaimana ini? Aku harus bagaimana?” bisik harimau, “Te—tempias akan masuk ke dalam kandang… mengerikan. Satu tubuh dua suara, empat tangan,”

Harimau benar-benar ketakutan. Terlebih saat empat bayangan tangan seolah menggapai-gapai ke dalam kandang. Dan ia hanya melihat satu bayangan kepala saja.

“Kenapa lama sekali?” bisik pencuri di belakang.

“Ahh, terlalu sempit. Singkirkan tanganmu, biar dua tangan saja,” kata pencuri di depan.

“Cepat. Pilih saja satu yang gemuk,” ujar pencuri di belakang, saat itu ia melihat nyala pelita di celah dinding rumah Pak Gembala.

Harimau tak bisa berhenti menggigil, dua tangan meraba-raba tubuhnya. Ingin mengaum, suaranya seolah hilang entah ke mana.

Pencuri di depan merasa menyentuh tubuh gemuk, besar, dan berbulu tebal. Dan merasa itu adalah kambing terbaik yang ada. Hingga tanpa pikir panjang langsung menariknya, ia tidak tahu jika yang ditarik keluar dan langsung dibungkus ke dalam karung adalah seekor harimau.

“Ayo cabut. Aku sudah mendapatkan yang gemuk,” ajak pencuri di depan.

Kedua pencuri menggotong karung berisi harimau. Berlari ke dalam hutan.

 

Selama perjalanan, harimau tak henti-hentinya menggigil. Inilah kali pertama dalam hidupnya bertemu Tempias.

Di tepi sebuah sungai, kedua pencuri menemukan sampan. Karung ditaruh ke atas sampan. Dengan cepat keduanya mengayuh sampan ke hilir.

Jauh mendayung, hingga pagi menjelang, suasana remang, pencuri yang mendayung di belakang memikirkan sesuatu. Sedari tadi ia penasaran. “Benarkah yang kuambil seekor kambing?”

Pencuri itu memutuskan untuk memeriksa langsung. Ia membuka ikatan karung. Pencuri di depan pun ingin melihat. Namun, alangkah kagetnya mereka berdua ternyata di dalam karung adalah seekor harimau besar.

“Ha—harimau…!”

Teriak kedua pencuri dan menghambur ke dalam sungai. Begitupun harimau, saking takut dan kagetnya, harimau pun berteriak histeris.

“Te—te—mpias…!”

Harimau pun mencebur ke dalam sungai, berenang cepat ke tepian. Dan meneruskan larinya ke dalam hutan sambil terus berteriak.

“Tempias… Te—tempias mengamuk!”

Seekor monyet melihat itu dan berseru, “Oii, Kak Harimau, kenapa kau lari seperti dikejar setan?”

“Apa kau tidak tahu, Nyet. Te—tempias mengamuk. Mengerikan,”

Monyet menjadi kaget setengah mati, dan ikut berlari menyelamatkan diri. Keduanya sama histeris. “Harimau saja takut, apalagi aku,” pikir si Monyet.

“Tempias mengamuk. Tempias…”

 

 

UNTUK MEMBACA KARYA PESERTA LAIN, SILAKAN MENUJU AKUN FIKSIANA COMMUNITY.

SILAKAN BERGABUNG DI GROUP FB FIKSIANA COMMUNITY.

TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM DALAM EVENT “FABEL” YANG DIADAKAN OLEH GROUP FB FIKSIANA COMMUNITY.

Ando Ajo, Jakarta 07 November 2015.

Sumber ilustrasi.

Terima Kasih Admin Kompasiana^^

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun