Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gas Air Mata dan Tawa

28 September 2017   05:57 Diperbarui: 28 September 2017   06:00 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih seorang yang dipanggil Martha itu?

Aku jadi penasaran dengan sosok yang dipanggil Martha itu. Apa dia seorang laki-laki? Kalau dia laki-laki, dia pastilah laki-laki yang jahat dan suka mengaibaikan perasaan perempuan sampai-sampai untuk bisa menggambarkan sosok dirinya butuh definisi seorang penjahat.

Namum jika dia seorang perempuan, memangnya sosok perempuam seperti apa yang tega menyakiti perasaan lelaki yang begitu polos, romantis dan salah sambung ini?  

Melakukan tebak-tebakan dengan diri sendiri memang cuma buang-buang waktu yang menghilangkan sisi efisiensinya. Sebab ketika kau berusaha menjawabnya, dirimu yang lain pasti tak akan tinggal diam untuk menyanggahnya, sementara dirimu yang merasa kalah juga akan berlaku sama. Dan seterusnya sampai kau sendiri menyadari bahwa proses debat kusir selesai dan boleh dibilang tidak menghasilkan apa-apa.

Namun bagaimana pun juga kisah si penelpon itu dan Marta justru mengingatkanku dengan hubunganku lima tahun lalu bersama mantan pacarku.

Kami punya pra rencana untuk kawin lari. Kami mengontrak rumah kecil di pinggiran kota yang juga kecil. Mantan pacarku bilang, "Ini hanya uji coba sebelum kita benar-benar melakukanya."

Kami memang melakukannya dan sudah berjalan hampir satu minggu ketika itu. Tabungan kami menipis. Aku mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan kami. Tapi selalu gagal dan ditolak. Sementara itu kebuntuan ekonomi terus menjangkit keluarga tak resmi kami. Ide kawin lagi memang benar-benar buruk. Sampai suatu ketika stok beras di dapur kami habis.

Mantan pacarku tidak berkata apa-apa. Dia seorang yang penurut dan sabar. Namun kedua sifat itu tentu tak mungkin tidak mengajarinya berkata, "Aku lapar," katanya.

Kami memang belum makan seharian. Lantas aku teringat seorang teman yang sama-sama tinggal di sebuah kota kecil dan aku meminjam uang darinya.

Aku kembali ke dapur kecil rumah kontrakan kecil kami. Dengan membawa dua bungkus nasi, aku berjalan mendekatinya. Dia tertidur duduk di meja dapur berbantal lengannya sendiri. Aku menduga, dia pasti sangat kelaparan ketika menunggu pulang. Dan tanpa alasan yang kupahami, aku mendadak menjadi takut. Sangat takut. Sampai-sampai aku tak berani membangunkannya. Sampai-sampai satu-satunya yang terlintas di kepalaku adalah bagaimana kalau ketika aku menyentuhnya dia sudah berubah jadi patung. Yang bisa roboh dan tak bisa merasakan napasnya sendiri.

Membayangkan itu, membayangkan dia mati sambil terduduk kelaparan seperti itu, membuat emosi mataku bergejolak. Aku berdiri lama di ruangan itu dan merasakan seakan-akan tuhan telah melemparkan gas air mata di sekitar ruang itu, yang menginginkanku menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun